China sendiri saat ini masih menjadi penghasil energi yang besar namun juga mengkonsumsi energi yang besar pula.

Jakarta (ANTARA) - Pengamat kebijakan China, Christine Susanna Tjhin mengatakan bahwa negeri Tirai Bambu tersebut masih mayoritas bergantung pada batubara untuk pasokan bahan bakar sumber energi.

"China itu masih tergantung sama batubara, karena pembangkit listrik mereka mayoritas masih mengandalkan suplai batubara," kata Christine di Jakarta, Kamis.

Saat berdiskusi yang diadakan oleh Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Christine membahas mengenai bagaimana negara China membangun kebijakan mengenai konsumsi batubara dan dampaknya terhadap lingkungan.

Lebih lanjut Christine mengatakan bahwa China mampu mengkombinasikan antara anggaran negara mereka yang besar dan pengembangan teknologi untuk memaksimalkan pasokan energi.
Baca juga: Belajar ke China dan India, kelola listrik dari energi baru terbarukan
Baca juga: Indonesia-China bahas transfer teknologi energi

China sendiri saat ini masih menjadi penghasil energi yang besar namun juga mengkonsumsi energi yang besar pula. Menurut dia, hal tersebut merupakan dampak dari negara yang memiliki banyak populasi penduduk.

Berdasarkan data, sebesar 69 persen energi di Cina masih dihasilkan dari batubara, sedangkan konsumsi sendiri China memiliki kecenderungan tren yang meningkat terhadap batubara yaitu sekitar 59 persen.

Christine menjelaskan, China memiliki dasar perekonomian yang kuat, sebab apapun yang mereka lakukan. menurutnya asalkan kebijakan yang dibuat berdampak pada pertumbuhan ekonomi, maka hal tersebut akan dilakukan.

Termasuk di antaranya, ujar dia, adalah kebijakan arah dengan tujuan utama ekspor sebagai pendongkrak perekonomian. Sedangkan untuk di Indonesia, masih menurut dia, memiliki arah yang berkebalikan, yaitu konsumsi di mana masih menuju industri ekspor.

Baca juga: Konsumsi energi primer Indonesia meningkat 4,9 persen pada review 2018
Baca juga: Aksi jeda iklim desak pemerintah akhiri kecanduan batu bara

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019