Seperti halnya menteri mundur dari jabatan perusahaan swasta tapi tetap boleh sebagai pemegang saham

Jakarta (ANTARA) - Kepengurusan PSSI periode 2019-2023 diharapkan fokus pada federasi dan tidak mempunyai posisi di klub supaya tidak ada konflik kepentingan dalam menjalankan roda organisasi sepak bola Indonesia itu.

Hal tersebut disampaikan oleh salah satu calon Ketua Umum PSSI Vijaya Fitriyasa dalam keterangan resmi yang dilansir Kamis, mengaku siap melepaskan posisinya jadi pengurus klub Liga 2, Persis Solo jika terpilih menjadi PSSI 1.

"Kalau saya jadi Ketum PSSI, saya tidak boleh terlibat dan mundur sebagai pengurus Persis Solo. Pengurus PSSI dan Exco harus mundur dari klub. Dari persoalan tersebut, maka saya usulkan agar Exco PSSI digaji," kata Vijaya Fitriyasa.

Baca juga: Exco dan caketum PSSI temui Menpora bahas polemik kongres

Baca juga: PSSI: kongres pemilihan Exco 2 November 2019 sah dan legal

Meski berharap pengurus PSSI meninggalkan jabatan di klub, pria yang akrab dipanggil Vijay ini tidak mempermasalahkan jika pengurus nantinya tetap sebagai pemegang saham atau pemilik sebuah klub.

"Seperti halnya menteri mundur dari jabatan perusahaan swasta tapi tetap boleh sebagai pemegang saham," katanya menambahkan.

Vijaya Fitriyasa satu diantara calon yang lolos verifikasi untuk maju sebagai ketua umum PSSI pada kongres di Hotel Shangrila Jakarta, Sabtu (3/11). Pemilik Jakarta United Football Club ini akan bakal merebut simpati pemilik suara PSSI.

Pria kelahiran Jakarta 15 Oktober 1974 ini mengaku cukup siap untuk maju pada kongres PSSI. Berbekal tekad untuk memperbaiki persepakbolaan nasional, Vijay akan berusaha mencapai tujuannya dan akan menyelesaikan polemik yang selama ini terjadi.

Bakal calon Ketua Umum PSSI, Vijaya Fitriyasa. (ANTARA/HO/Tim Media Vijaya Fitriyasa)

Baca juga: Vijaya Fitriyasa janji fasilitasi disabilitas jika jabat ketum PSSI

Vijay mengakui jika sepak bola Indonesia dalam beberapa waktu terakhir mampu merasakan juara AFF U-19 di 2013 dan juara AFF U-16 di 2018, namun timnas senior tidaklah seberuntung itu. Perpecahan di kalangan penggiat sepak bola dinilai menjadi salah satu biangnya. Untuk itu semuanya harus diselesaikan.

Rangking FIFA Indonesia tentunya mengkonfirmasi berbagai badai persoalan yang terus menghantam sepak bola nasional. Bahkan di 2019 rangking FIFA Indonesia (urutan ke-171) harus kalah dengan negara tetangga seperti Papua New Guinea (urutan ke-165).

Vijay bertekad mengakhiri masa kemunduran sepak bola nasional dan menjadikan 2019 sebagai titik awal untuk mulai menata Sepak Bola Nasional serta saatnya mengembalikan kepercayaan publik sepak bola Indonesia kepada PSSI hingga mewujudkan Sepak Bola Indonesia menjadi Kebanggaan Nasional.

Baca juga: KP dan KBP PSSI umumkan tahapan kongres luar biasa pemilihan

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019