Poti, Georgia,(ANTARA News)- Pasukan Rusia dalam jumlah kecil masih berada di dalam daerah Georgia, Minggu dan negara-negara Barat menuntut Moskow menaik pasukannya dari satu pelabuhan di Laut Hitam, dua hari setelah Moskow mengatakan mereka telah menyelesaikan penarikan tentaranya. Rusia mengatakan pasukan yang tinggal adalah pasukan perdamaian yang diperlukan untuk mencegah pertumpahan darah lebih jauh dan untuk melindungi rakyat provinsi-provinsi separatis Georgia, Ossetia Selatan dan Abkhazia yang pro Moskow. Reuters melaporkan bahwa AS dan Eropa kuatir kehadiran pasukan Rusia akan mengganggu pemerintah Presiden Mikheil Saakashvili dan mengancam pipa-pipa minyak penting yang melintasi wilayah negara itu. Terutama yang menyusahkan Tbilisi dan Barat adalah satu pos pemeriksaan yang dibangun di bagian pelabuhan Poti, yang terletak dekat zona keamanan yang menurut Rusia mencakup mandat pasukan perdamaiannya dan ratusan kilometer dari Ossetia Selatan. "Membangun fasilitas-fasilitas permanen dan pos pemeriksaan bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata," kata juru bicara Gedung Putih Gordon Johndroe. Di kota pelabuhan utama Georgia, Batumi, 80km selatan Poti, kapal Angkatan Laut AS USS McFaul menurut rencana akan berlabuh, Minggu untuk membongkoar bantuan kemanusiaan untuk puluhan ribu pengungsi akibat konflik yang meletus7-8 Agustus. Ketua Uni Eropa yang kini dijabat Prancis , yang membantu memprakarsai gencatan senjata dalam konfrontasi itu,dalam satu percakapan telepon, Sabtu mendesak pemimpin Kremlin Dmitry Medvedev memerintahkan pasukan Rusia keluar dari Poti. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy "menekankan yang penting adalah pasukan Rusia yang berada di daerah Poti/Senaki harus ditarik secepat mungkin," kata sebuah pernyataan Prancis. Pihak Kremlin mengatakan Sarkozy memberikan "penilaian positif" tentang penarikan pasukan Rusia. Tetapi percakapan mereka tidak disinggung mengenai menggantikan pasukan Rusia dengan pasukan perdamaian OSCE (Organisasi Kerjasama Keamanan di Eropa) tidak disinggung. Konflik itu meletus ketika Georgia berusaha menguasai kembali Ossetia Selatan . Satu serangan balasan Rusia mendobrak wilayah Georgia, memasuki jalan raya Timur-Barat dan mendekati pipa minyak yang didukung Barat. Pasukan Rusia juga memasuki Georgia Barat dari Abkhazia, satu wilayah Georgia lainnya yang juga memisahkan diri yang terletak di kawasan Laut Hitam . Ratusan orang tewas, puluhan ribu mengungsi akibat konflik senjata itu.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008