"Buat memahami isu sosial, kita butuh hati yang lebih lapang untuk paham isu itu," kata vokalis sekaligus pemain gitar Tashoora Danang Joedodarmo saat berbincang dalam acara peluncuran album Tashoora di Jakarta, Rabu.
Grup asal Yogyakarta yang beranggotakan Gusti Arirang (bass, vokal), Danang Joedodarmo (gitar, vokal), dan Dita Permatas (akordeon, vokal) itu mengatakan ingin konsisten mengangkat isu sosial dalam album perdananya mereka.
Baca juga: Tashoora angkat kebijakan hukuman primitif lewat single baru
Album perdana Tashoora itu berisi sembilan lagu dengan empat lagu baru dan lima lagu kolaborasi yang digarap ulang dari mini album live "Ruang".
Tashoora mengatakan mereka melakukan riset dan mengumpulkan data terlebih dahulu sebelum menempuh proses kreatif pembuatan lagu.
Seperti pada lagu "Agni", Tashoora berusaha merekam kasus pelecehan seksual mahasiswi Universitas Gajah Mada (UGM) yang dihadapkan pada proses penyelesaian yang panjang.
Baca juga: Tashoora ceritakan sejarah tragis ilmu pengetahuan di single terbaru
"Prosesnya, kami selalu riset data dulu. Kami sampai cari akses ke sisi korban sampai ke UGM. Jadi memang tidak semata-mata bela secara brutal," ujar Danang.
Selain itu, Tashoora juga mengangkat peristiwa penolakan warga atas terpilihnya kepala dusun wanita beragama katolik di Bantul, Yogyakarta dalam agu "Distilasi".
Beberapa nama musikus yang terlibat dalam album perdana Tashoora, antara lain Kua Etnika, .Feast, Rubah Di Selatan, Gardika Gigih, dan Afif "Mustache and Beard".
Album "Hamba Jaring Cahaya, Hamba Bela Gelapnya" sudah tersedia di layanan musik digital.
Baca juga: Tashoora dan Pee Wee Gaskins buka hari pertama Soundrenaline 2019
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019