Kandahar, Afghanistan, (ANTARA News) - Sebuah bom meledak di samping bus mini di kota selatan Afghanistan, Kandahar, Sabtu, menewaskan 10 warga sipil, sementara itu seorang hakim dan putranya ditembak tewas di daerah yang sama, kata polisi. Tak segera ada pihak-pihak yang mengaku bertanggungjawab atas serangan-serangan itu, namun kejadian-kejadian serupa dilakukan oleh para milisi kelompok Taliban, yang berada di balik pemberontakan yang terus bergolak di Afghanistan. Bom pinggir jalan meledak menghantam bus mini sekitar 10 kilometer di luar kota Kandahar, kata kepala polisi provinsi Matiullah Khan. Korban tewas termasuk dua anak, seorang wanita dan tujuh pria, katanya. Empat warga sipil lainnya cedera. Sementara itu tak jauh di selatan kota, dua orang bersenjata tak dikenal mengendarai sepeda-motor mengetok pintu satu rumah seorang hakim di provinsi itu dan menembaknya, serta juga menembak putranya yang masih berumur 14 tahun hingga tewas ketika mereka menjawab, kata Khan, yang menuding kekerasan itu dilakukan oleh Taliban. Kandahar sering menjadi ajang aksi kekerasan para ekstrimis yang mengganggu Afghanistan, meskipun pasukan pemerintah dan hampir 70.000 tentara internasional bekerjasama untuk menghentikan pemberontakan. Polisi di provinsi tetangganya, Helmand melaporkan bahwa 17 anggota Taliban tewas dalam bentrokan yang dimulai Jum`at antara pasukan keamanan Afghan dan kelompok militan. Seorang tentara juga cedera dalam pertempuran di distrik Nad Ali, yang terus berlanjut hingga Sabtu, kata kepala polisi Helmand Hussein Andiwal. Di provinsi tengah Ghazni, enam anggota Taliban tewas dan lima lainnya cedera dalam operasi militer semalam (Jum`at malam), kata jurubicara pemerintah provinsi Ismael Jehangir. Taliban memegang tampuk pemerintahan antara 1996 sampai 2001, kemudian mereka digulingkan oleh serangan yang dipimpin Amerika Serikat. Taliban dituduh berkaitan dengan Al Qaeda yang menyerang Washington dan New York, AS pada serangan 11 September. Para milisi kemudian berhimpun kembali untuk melakukan serangan hampir setiap hari, yang sering ditujukan kepada pasukan keamanan, namun dituding banyak menewaskan penduduk sipil.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008