Jakarta (ANTARA) - Facebook memperbaiki kebijakan dan teknologi yang mereka gunakan untuk melindungi para perempuan pengguna platform tersebut dari para pengganggu di dunia maya.

"Tema umum mengenai keamanan perempuan cenderung sama di berbagai tempat di dunia. Tapi jika melihat lebih spesifik ke negara atau wilayah tertentu, perilaku sangat dipengaruhi budaya setempat," kata Wakil Direktur Manajemen Kebijakan Global Monica Bickert dikutip dari blog resmi Facebook, Rabu.

Facebook mempertajam kemampuan kecerdasan buatan dan machine learning mereka agar secara proaktif dapat mendeteksi gambar dan video telanjang atau hampir telanjang yang dibagikan tanpa izin, tanpa harus menunggu laporan dari pengguna.

Perusahaan yang berbasis di San Francisco, AS itu menggunakan ciri khas digital (digital fingerprint) dan teknologi pencocokan foto (photo-matching) untuk menghapus dan memblokir foto tersebut agar tidak bisa dibagikan lagi di platform Facebook dan Instagram.

Baca juga: Facebook News diuji coba di Amerika Serikat

Facebook juga memperbarui kebijakan mereka untuk memahami isu keamanan perempuan di dunia maya, setelah berdiskusi dengan ahli dan organisasi pemberdayaan perempuan dari berbagai negara.

Perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu menemukan setiap negara atau wilayah bisa jadi memiliki isu pelecehan seksual yang berbeda berdasarkan norma dan kebiasaan yang berlaku di negara itu.

Contohnya, menurut Facebook, perempuan di Amerika Serikat merasa dilecehkan jika foto tanpa busananya tersebar di dunia maya. Sedangkan perempuan di negara lain merasa dipermalukan jika ada yang mengunggah fotonya bersama laki-laki yang bukan anggota keluarganya.

"Untuk menyikapi perbedaan tipe pelecehan yang luas itu, aturan kami harus bijaksana dan komprehensif," kata Facebook dalam blog.

Baca juga: Zuckerberg kritik TikTok karena sensor konten

Facebook juga memberikan fitur khusus bagi para perempuan pengguna platform tersebut di India, Pakistan dan Mesir, berupa kontrol untuk mengatur siapa yang bisa mengunduh dan membagikan foto profil mereka.

Perempuan pengguna Facebook di negara tersebut, juga organisasi keamanan siber, memiliki kekhawatiran foto profil mereka dicuri dan digunakan untuk membuat akun palsu yang bertujuan mempermalukan mereka atau keluarga mereka.

Facebook secara global juga memberikan peralatan untuk mengelola akun, antara lain mengabaikan pesan yang tidak diinginkan dan memblokir akun lain tanpa sepengetahuan pemilik akun tersebut.

Baca juga: Akademi Instagram buat kuliah online versi podcast

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019