Yogyakarta (ANTARA News) - Meningkatnya gizi buruk terutama pada anak-anak di Indonesia harus diwaspadai, kata Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ali Khomsan di Yogyakarta, Sabtu.Ia menyebutkan pada 2007 anak usia di bawah lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk sebanyak 700.000 anak, dan yang mengalami gizi kurang sebanyak empat juta balita."Namun, mereka yang mendapatkan bantuan gizi melalui program makanan tambahan (PMT) hanya sekitar 39.000 balita," katanya.Ali mengatakan dari indeks pembangunan manusia (IPM) pada 2002 Indonesia berada di urutan 110. Sedangkan Amerika pada urutan tujuh, Jepang urutan sembilan, Singapura urutan 28, dan Vietnam di urutan 109. Kata dia, tingkat konsumsi susu di Indonesia hanya sembilan liter per tahun. Sedangkan Malaysia mencapai 25 liter per tahun, dan Amerika 50 liter per tahun. "Sulit untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari dua negara itu, atau perlu waktu satu abad untuk menyamai Malaysia, dan perlu waktu sembilan abad untuk bisa seperti Amerika," katanya. Ia mengatakan peran pos pelayanan terpadu (posyandu) sangat besar dalam upaya meningkatkan gizi balita di Indonesia. "Melalui posyandu, pemberian penyuluhan tentang gizi dan program makanan tambahan bisa membuahkan hasil yang menggembirakan," katanya. Karena itu, kata dia, peran posyandu yang ada di tingkat RW termasuk pelayanan kepada balita harus dioptimalkan. Ali mengatakan pemberian susu pada balita sangat penting, karena dapat menekan gizi buruk serta membantu perkembangan otak dan pertumbuhan fisik balita. "Dalam setiap satu gelas susu terdapat 140 kkal energi, empat gram protein, lima gram lemak, dan 45 mg kalsium," katanya. Menurut dia, juga dapat diberikan bahan-bahan makanan lain yang dapat menggantikan manfaat satu gelas susu, yaitu lima kilogram nasi untuk kalsium, dua setengah kilogram ikan untuk protein, dan beberapa kilogram sayuran hijau untuk serat. "Namun, cara ini tidak praktis," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008