Kendala utama perusahaan rintisan adalah sulitnya mendapatkan investor,
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Unit-unit Usaha (DPPU) Universitas Indonesia (UI) Dr drg Nia Ayu Ismaniati MDSc SpOrt(k) meminta perusahaan rintisan tidak terbebani dengan masalah administasi begitu menjadi perseroan terbatas (PT).
"Biasanya perusahaan rintisan diminta untuk membentuk PT. Begitu jadi PT, selain jualan mereka juga harus bayar pajak, memikirkan biaya operasional dan juga urusan administrasi. Nah pada satu sisi, mereka juga terkadang tawaran di tempat lain, akibatnya perusahaan rintisan yang digelutinya tidak berjalan dengan baik," ujar Nia dalam acara puncak Program Akselerator UI Works di Jakarta, Rabu.
Menurut Nia, seharusnya perusahaan rintisan tidak perlu terbebani dengan hal itu dan lebih baik fokus menciptakan hal lain sembari jualan mencari investor.
Baca juga: Perusahaan rintisan sulit mendapatkan investor
Oleh karena itu, Universitas Indonesia menyelenggarakan Program Akselerator UI Works yang bertujuan untuk menjembatani para investor dengan perusahaan rintisan.
Pada tahun ini, terdapat 15 perusahaan rintisan yang mengikuti program tersebut. Perusahaan rintisan mendapatkan pembinaan dari Universitas Indonesia.
Program Akselerator UI Works terdiri serangkaian acara pembinaan akselerasi bisnis perusahaan rintisan yang berlangsung selama tiga bulan. Progam itu merupakan lanjutan dari program inkubasi yang telah dijalankan di UI.
Melalui program itu, diharapkan menciptakan suatu ekosistem perusahaan rintisan sehingga mampu mengakomodasi perkembangan kewirausahaan yang berkembang dengan sangat cepat.
Baca juga: Papua Muda Inspiratif targetkan ciptakan 100 perusahaan rintisan
"Kendala utama perusahaan rintisan adalah sulitnya mendapatkan investor, karena perusahaannya belum berjalan dengan baik serta risikonya juga tinggi," terang Nia.
Sebanyak 15 perusahaan rintisan yang mengikuti program tersebut, terbagi menjadi tiga kategoti yaitu kategori teknik/sains yakni Nano Turbo, Sinergi Nanotect, ATM Sehat.
Kategori digital platform yakni Awan.io, Kodi, Pintaar, Skydu, Westbike Messenger, Assist.id, Rumah Kapas, Infishta.
Selanjutnya perusahaan produk konsumsi yakni Tumbu, Kopi Tuli, Belimbing Island, Giajeng. Perusahaan rintisan itu dikurasi secara intensif, agar siap presentasi di hadapan para investor.
Baca juga: Menristekdikti targetkan Indonesia miliki 4.900 startup pada 2024
Pewarta: Indriani
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019