"Perusahaan rintisan biasanya sulit mendapatkan modal, karena investor ingin menanamkan modal di usaha-usaha yang sudah berjalan dan terlihat hasilnya," ujar Nia dalam acara puncak Program Akselerator UI Works di Jakarta, Rabu.
Perusahaan rintisan juga memiliki risiko yang tinggi. Kalaupun ada investor yang mau menanamkan modalnya, maka itu semata-mata untuk membantu perusahaan rintisan itu berkembang.
Baca juga: Menristekdikti targetkan Indonesia miliki 4.900 startup pada 2024
"Oleh karenanya, perusahaan rintisan ini membutuhkan "angel investor" yang menanamkan modalnnya semata-mata untuk mendukung perusahaan rintisan itu. Intinya perusahaan rintisan itu punya potensi dan perlu untuk didukung," terang dia.
Oleh karena itu, UI melalui program tersebut melakukan pembinaan terhadap sejumlah perusahaan rintisan yang terpilih.
Pada tahun ini, lanjut Nia, baru ada 15 perusahaan rintisan. Jumlah itu hasil seleksi dari 76 perusahaan yang mendaftar.
Baca juga: Papua Muda Inspiratif targetkan ciptakan 100 perusahaan rintisan
"Program kami beda dengan inkubator, karena kami fokusnya sebagai akselerator. Kalau inkubator mereka baru dan mulai berkembang, sedangkan kami bagi mereka yang sudah jualan tapi membutuhkan dana," katanya.
Selama tiga bulan, kata Nia, pihaknya melakukan pembinaan terhadap perusahaan rintisan itu. Para pendiri perusahaan rintisan juga dibekali bagaimana presentasi dan meyakinkan investor.
Ke depan, Nia berharap kegiatan yang baru pertama kali diadakan tersebut dapat terus berjalan, sehingga dapat membantu perusahaan rintisan untuk tumbuh dan berkembang lebih baik lagi.
Pewarta: Indriani
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019