Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Wahid Foundation Mujtaba Hamdi mengatakan Majelis Ulama Indonesia sudah mencontohkan masjid ramah lingkungan dengan eco-masjid dan bisa ditiru oleh sejumlah tempat ibadah umat Islam yang lain.
"Gambarannya seperti ini, masjid memproses air wudhu. Bagaimana air sisa wudhu itu bisa didaur ulang dikembalikan ke alam dengan baik," kata Taba ditemui di sela seminar "Eco-Islam: Love Humans, Love Nature" di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, selama ini banyak masjid sering menghambur-hambur air wudhu lalu dialirkan ke tempat pembuangan tanpa didaur ulang.
Air wudhu perlu dikelola dengan baik agar dapat dikembalikan ke alam dengan pengolahan tepat guna menjadi air yang dapat diserap sebagai materi yang baik untuk tanah.
Baca juga: Polisi sediakan mobil tangki air untuk wudhu masa aksi di DPRD Sumut
Baca juga: Transjakarta sediakan 14 truk tangki air wudhu
Contoh eco-mosque itu, kata dia, dapat membuat penggunaan air menjadi lebih irit dan ekonomis. Secara kewajiban, wudhu sudah dapat terpenuhi bagi umat Islam sementara sisa dari itu dapat didaur ulang.
Tidak kalah penting, lanjut dia, perlu diperluas lagi soal sistem masjid ramah lingkungan dengan adanya pengelolaan sampah untuk didaur ulang.
"Waste management atau pengelolaan sampah ini penting sekali. Kita sering lupa terhadap itu seolah sampah tidak berguna dan tidak dikelola dengan baik. Padahal semakin tidak dikelola dengan baik semakin tinggi potensi untuk bencana buat kita. Maka perlu ada standar ada pengelolaan sampah di masjid dengan baik," katanya.*
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019