Kota Kinabalu, (ANTARA News) - Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaysia Da`i Bachtiar merasa kurang "sreg" dengan lokasi sekolah Indonesia di Kota Kinabalu setelah melihat langsung sekolah itu ternyata berada di kawasan Ruko Alam Mesra yang dinilai kurang mendukung suasana pendidikan. "Ini kawasan bisnis. Kurang cocok untuk sekolah. Coba nanti jika sewanya sudah selesai dicarikan tempat yang lebih layak," kata Da`i ketika melihat langsung persiapan sekolah Indonesia di Kota Kinabalu, Sabah, Jum`at. Ia mengutarakan kekecewaan itu langsung kepada pemangku KJRI Kota Kinabalu Rudhito Widagdo dan atase pendidikan KBRI Kuala Lumpur Imran Hanafi. "Bagaimana kalo Ruko-Ruko sebelahnya menjual kaset, atau elektronik seperti TV atau panti pijat maka suasanya kurang mendukung untuk pendidikan. Saya minta setelah sewanya selesai dicari lokasi yang lebih tepat," katanya. Selain itu, sekolah itu tampak jauh dari halte bus. Para pelajar perlu berjalan sekitar satu Km untuk bisa sampai ke sekolah. Hal ini bisa berdampak pada minat siswa untuk datang ke sekolah. Tapi sekitar dua Km dari sekolah itu ada Universitas Sabah Malaysia (USM). "Pokoknya nanti dicarikan lokasi sekolah yang suasananya mendukung para anak-anak untuk belajar. Jauhi dari kawasan bisnis. Lokasi sekolah harus ada akses transportasi yang mudah dan murah sehingga para anak sekolah merasa mudah dan senang pergi sekolah. Lokasi sekolah dan akses transportasi jangan menjadi beban atau biaya tinggi untuk pendidikan," kata Da`i, yang memiliki sekolah unggulan Da`i An Nur di Indramayu. Menurut pemangku KJRI Kota Kinabalu Rudhito, saat ini sudah ada 570 anak-anak TKI yang mendaftar untuk bisa sekolah. Sedangkan kapasitas sekolah hanya sekitar 150 orang. "Ada yang sudah berumur 17 tahun tapi belum sama sekali mengecap pendidikan di bangku sekolah," katanya. Atase pendidikan Imran Hanafi mengatakan, Ruko yang dijadikan sekolah Indonesia itu bersifat sementara. Nanti jika sewanya habis akan dicarikan lokasi baru yang lebih mendukung suasana belajar. Ruko itu disewa selama dua tahun. Indonesia akan memiliki sekolah Indonesia di luar negeri yang ke-15 di Kota Kinabalu. Tapi sekolah Indonesia di Kota Kinabalu ini berbeda dengan sekolah Indonesia di negara lainnya karena pembangunannya sepenuhnya dilakukan oleh Departemen Pendidikan sedangkan sebelumnya dilakukan oleh Departemen Luar Negeri. Menurut catatan KBRI, ada sekitar 30.000 anak-anak TKI di Sabah yang tidak bisa mengecap pendidikan karena mereka terpaksa ikut orang tua bekerja di perkebunan kelapa sawit di negara bagian Sabah. Karena UU Imigrasi Malaysia melarang TKI membawa keluarga dan anaknya otomatis anak-anak TKI tidak bisa sekolah di sekolah kebangsaan Malaysia. Oleh sebab itu, departemen pendidikan bekerjasama dengan Deplu mendirikan sekolah Indonesia di Kota Kinabalu. Sekolah ini nantinya akan menjadi pusat sekolah bergerak (mobil) bagi anak-anak TKI di daerah terpencil.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008
Terus kok anak TKI dilarang sekolah di kebangsaan Malaysia ya? diskriminasi pendidikan nih..udah tinggalin aja malaysia..bikin perkebunan kelapa sawit di negera sendiri aja biar mereka kesulitan tenaga kerja.Di jepang justru anak WNA yg ingin sekolah, mendapat kesempatan yg sama bahkan pendampingan untuk beradaptasi...dari dulu malaysia terkenal diskrimininasi bukan hanya wni tapi etnis china, india, arab non melayu