Denpasar, (ANTARA News) - Turis asing yang melakukan perjalanan wisata di Bali secara berkelompok, banyak yang mengikuti kursus keterampilan membuat layangan selama sepekan di rumah perajin kawasan wisata Ubud, Kabupaten Gianyar. "Banyak kelompok wisatawan asing yang tertarik dan mengikuti keterampilan membuat layangan dengan model seperti yang sering kita tampilkan. Mereka belajar membuat layangan sambil rekreasi di perkampungan," kata Made Mudita, perajin di Dewatan, 25 km timur laut Denpasar, Jumat. Ia mengaku sebelumnya juga sering memberikan pelajaran kilat tentang dasar-dasar melukis kepada kelompok wisatawan berusia muda yang datang ke bengkelnya, baik lukisan model pemandangan alam maupun yang abstrak. Kalau kursus melukis sudah mulai berkurang, kini ramai para pelancong yang ingin belajar membuat layangan yang menginginkan model dan variasi maupun pewarnaan seperti yang banyak dijual dan ditampilkan masyarakat Bali pada berbagai lomba. "Kami melayani wisatawan sesuai keinginan mereka, apakah ingin belajar melukis, membuat layangan atau aneka barang kerajinan lainnya. Mereka tetap sambil rekreasi," kata Mudita. Wisatawan asing banyak yang tertarik belajar membuat layangan seperti yang ada di Bali, umumnya setelah mereka (turis-red) menyaksikan lomba layang-layang yang berlangsung setiap tahun di daerah wisata Sanur. Bali penyelenggara lomba layang-layang bertaraf internasional yang lazim disebut `Bali Kite Festival (BKF)` sejak 1980. Kegiatan tersebut memberikan dampak positif terhadap perajin yang kemudian berkreasi menciptakan layangan untuk matadagangan ekspor. Berbagai jenis dan ukuran layangan yang dilukis gambar kupu-kupu, naga dan lainnya, menjadi matadagangan ekspor terutama ke Italia, Belgia dan AS, kata Ketut Asmara perajin asal Gianyar lainnya. "Saya mampu memenuhi permintaan akan layangan yang dilukis gaya abstrak maupun kontemporer dari berbagai rupa serta warna sesuai keinginan konsumen," kata pria kurus itu yang mengaku menggarap pesanannya bersama 15 perajin. Layangan dihiasi lukisan yang diminati pasar ekspor, tidak terlepas dampak lomba layang-layang internasional `Bali Kite Festival (BKF)` sejak 28 tahun silam yang berlangsung setiap tahun. Pada BKF yang diikuti peserta dari berbagai negara, biasanya menampilkan berbagai jenis layangan, seperti pucuk dua, bebean (bentuk ikan), janggan dan lainnya hasil kreasi para perajin Bali. Lain halnya yang menjadi matadagangan ekspor, umumnya layangan berukuran kecil yang mudah dikemas karena dijadikan barang suvenir. Oleh sebab itu matadagangan tersebut mudah didapatkan di toko seni bahkan pada pedagang pinggir jalan. Di Gianyar terutama di Singapdu dan Sukawati serta Mengwi, Kabupaten Badung, muncul kerajinan layangan untuk ekspor dengan desain yang berkembang sesuai permintaan pasar dan dapat dikemas secara rapi sehingga gampang dibawa konsumen. Layangan kreasi yang laris di pasaran ekspor adalah jenis kreasi seperti layangan yang menyerupai beberapa jenis kodok, capung, kupu-kupu, naga, burung dan `Dewi Sri`, serta berupa kuda laut bersayap. Komoditi layangan laris di luar negeri berkat di berbagai negara muncul museum layangan seperti di Jerman, AS maupun di sejumlah negara di Asia termasuk di Jakarta. Layangan tidak saja digemari anak-anak, tetapi orang dewasa. Hal itu bisa disaksikan saat lomba layangan bertaraf internasional di Bali yang pesertanya datang dari Jepang, China, Australia, Jerman dan AS.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008