Bandarlampung (ANTARA News) - Petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Andi Suhardi, mengatakan, saat ini gunung api dalam laut itu dalam status waspada, dan kepada pengunjung dihimbau jangan mendekat apalagi mendarat di lerengnya. "Kami menghimbau jangan terlalu mendekat, minimal dalam kisaran dua sampai satu kilometer. Saat ini letusan rata-rata masih 40-60 kali per hari," kata Andi, ketika dihubungi dalam perjalanan menuju lokasi kerjanya, di Lampung Selatan, Jumat. Selain itu, ujar dia petugas pengamat Anak Krakatau yang telah bekerja di sana sejak tahun 1995, letusan Gunung Anak Krakatau yang juga menjadi daya tarik wisata tersebut, tidak terjadi sesering dulu, namun hal itu tetap perlu diwaspadai. "Kita `kan tidak akan tahu kapan terjadi letusan itu. Namun dengan jarang meletus justru bisa membuat orang kaget atau akibat lainnya yang kurang baik. Karena itu, himbauan kami jangan terlalu mendekat apalagi sampai mendarat karena hal itu tidak diperkenankan," kata dia pula. Menurut dia, saat ini ketinggian letusan material dari kawah Anak Krakatau itu sulit terlihat, karena sering berkabut, namun letusan itu bisa menyembur sekitar 500 meter, dan jika ingin melihat bisa dari Gunung Rakata (bekas sisa letusan induk Krakatau pada Agustus 1883 yang ada di dekat Anak Krakatau). Panitia Festival Krakatau (FK) ke-18 tahun 2008, tetap mengagendakan kunjungan (tur wisata) ke kawasan Gunung Anak Krakatau menggunakan kapal feri (Ro-Ro), bahkan sejumlah duta besar negara sahabat menyatakan siap untuk mengikuti tur. Seksi humas dan publikasi FK ke-18, Fajar Isnawan, menjelaskan kunjungan ke Gunung Anak Krakatau merupakan agenda wajib dalam event pariwisata daerah tersebut yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi yang mengikutinya, walaupun tetap harus mematuhi aturan keselamatan yang berlaku. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008