"Lapah yang diambil dari bahasa Lampung dengan arti berjalan, merupakan bentuk interpretasi gelora masyarakat Lampung akan seni yang harus terus berjalan dan tidak hilang, sehingga kami membuka ruang untuk masyarakat setiap empat bulan sekali pada tanggal 28 untuk menikmati pertunjukan ini, " ujar Dian Anggraini pemilik komunitas Dian Arza Dance Company, Selasa.
Menurutnya, pertunjukan Lapah telah dilaksanakan sebanyak empat kali dan menjadi sarana masyarakat Lampung untuk ikut serta berekspresi.
"Tujuan utama kami menggelar pertunjukan ini adalah mengembangkan kembali talenta yang dimiliki masyarakat Lampung akan tari dan olah tubuh, yang selama ini belum tersalurkan untuk ditampilkan dan di apresiasi, sehingga Lampung harapannya menjadi daerah yang ramah akan kebebasan berekspresi dalam berseni layaknya Yogyakarta ataupun Bandung," ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa Lampung ikuti lomba tari di Taiwan
Baca juga: Melestarikan tari melinting di Lampung Timur
Pertunjukan Lapah yang digelar di gedung kesenian Lampung menampilkan sejumlah seniman muda Lampung dengan menampilkan berbagai karya, salah satunya "Rumor".
"Saya baru pertama kali naik ke panggung, setelah tertarik dan ikut serta dalam kegiatan ini selama beberapa minggu, rasanya senang dan terharu karena dapat tampil di depan penonton," ujar Tassya salah seorang penari.
Menurut Tassya, melalui experimental mini dance festival bertajuk Lapah, dirinya dapat menyampaikan berbagai pesan melalui olah tubuh.
"Kami mementaskan karya "Rumor", bertujuan untuk mengedukasi dan sebagai sarana introspeksi bagi masyarakat agar tidak menyebarkan ujaran kebencian, tanpa ada fakta," katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh Nabilla salah seorang penari. Menurutnya, selain memberikan ruang gerak kepada masyarakat untuk mengekspresikan seni, kegiatan tersebut juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat.
"Kita berekspresi, mengedukasi masyarakat secara bersamaan, dan semua membuahkan hasil karena kami beserta sejumlah peserta berkesempatan untuk mewakili Lampung dalam ajang tari tradisional tingkat ASEAN di Medan," ujarnya.*
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019