Jakarta (ANTARA) - Festival Banteng Milenial mengajak semua orang yang secara khusus pemuda, untuk memiliki kepribadian diri dalam budaya lewat tema yang diusung pada hari kedua festival yang jatuh pada Sabtu (27/10) malam, "Kita Muda, Kita Cinta Lingkungan".
"Pada hari kedua, festival ini bertemakan Kita Muda, Kita Cinta Lingkungan sebagai bentuk terjemahan dari 'berkepribadian dalam berkebudayaan' Trisakti-nya Bung Karno," ujar Ketua Pelaksana Festival Banteng Milenial, William Yani dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin dinihari.
Di hari kedua (dari rencana tiga hari) festival yang digelar di halaman DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta, Tebet, Jakarta Selatan, hadir dua dari sedikit perempuan penakluk tujuh puncak dunia, Mathilda Dwi Lestari dan Fransiska Dimitri.
"Keduanya yang merupakan perempuan Indonesia Pertama yang menyelesaikan rangkaian tujuh puncak dunia, menyampaikan bagaimana perjuangan yang ditempuh untuk dapat menyelesaikan agenda besar tersebut, baik latihan fisik, latihan mental, persoatan administrasi bahkan hingga persiapan dana," ucap William yang merupakan pengurus DPD PDIP Jakartra itu.
Di sisi lain, tutur William, paparan dan foto-foto para pembicara terkait hasil pendakian mereka tersebut membuat peserta diskusi terpukau dan memberikan rasa penasaran apa yang mendorong kedua orang sahabat tersebut untuk menaklukkan tujuh puncak dunia.
"Para pembicara mengajarkan bahwa rasa cinta mereka terhadap lingkunganlah yang mendorong mereka mau berjuang terus mendobrak segala rintangan untuk mencapai tujuh puncak pendakian di dunia yang seperti ajang piala dunianya bagi para pendaki gunung," kata William yang juga anggota DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019 ini.
Wiliam Yani mengharapkan Festival Banteng Milenial bisa menumbuhkan budaya cinta terhadap lingkungan yang bisa diaplikasikan melalui pendakian gunung secara bersih, hingga mengurangi penggunaan plastik demi lingkungan hidup yang baik generasi selanjutnya.
Untuk mengurangi penggunaan plastik tersebut, selama acara Festival Banteng Milenial yang sekaligus untuk memperingati Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2019 tersebut, panitia acara membentuk Komisi Pemberantasan Sampah Plastik yang bertugas melakukan "OTT" terhadap warga sekitar Tebet dalam bentuk imbauan pada warga yang menggunakan kantung plastik untuk beralih menggunakan "totebag" yang terbuat dari kain ramah lingkungan sebagai penggantinya.
Diketahui beberapa lembaga termasuk Greenpeace, telah membuat artikel mengenai bahayanya kantung plastik yang mengancam kelangsungan kehidupan di bumi karena sulitnya terurai, bahkan hingga 100 tahun belum tentu plastik itu akan hancur.
Di Jakarta sendiri belum ada landasan hukum dari Pemprov DKI Jakarta untuk mengatur pengolahan sampah plastik hingga saat ini, sehingga dibutuhkan kesadaran pribadi untuk turut serta berpartisipasi dalam pengelolaan sampah plastik tersebut.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019