Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Institute for Development of Economy and Finance (Indef), Aviliani meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak tanggung-tanggung mengobok-obok Bank Indonesia sehingga kredibilitas otoritas moneter tersebut bisa terjaga, termasuk dalam kasus terakhir yang diduga melibatkan Deputi Gubernur Senior BI, Miranda Goeltom. "Kalau masih banyak yang bermasalah tersisa di dalam, kredibilitas BI tetap buruk. Tapi kalau penyakitnya diangkat, BI bisa kembali jadi kredibel," kata Aviliani di Jakarta, Selasa, saat diminta komentarnya tentang pengakuan mantan anggota Komisi IX DPR Agus Condro yang menerima Rp500 juta tepat dua bulan setelah Miranda Goeltom terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior BI. Meski kasus-kasus terkait BI yang mengemuka di permukaan adalah kasus-kasus pada masa lampau, dia menambahkan, BI tetap berada dalam situasi yang tidak menguntungkan sehingga bisa saja mempengaruhi kinerja lembaga yang seharusnya independen itu. Namun demikian, tambahnya, BI diuntungkan oleh kehadiran sosok Boediono sebagai Gubernur BI yang baru saja terpilih untuk masa jabatan enam tahun ke depan. Dalam kesempatan itu, Aviliani juga meminta agar BI dapat membuka diri kepada publik, terutama kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan kasus-kasus di masa lampau sehingga pasar tetap melihat positif terhadap BI Sebelumnya, Agus mengaku kepada KPK bahwa uang panas tersebut dibagi-bagikan melalui teman satu komisinya waktu itu Dudhie Makmun Murod (anggota Komisi XI waktu itu), di ruang kerja teman satu fraksinya yang juga Ketua Komisi IX saat itu, Emir Moeis. Miranda dalam pemilihan kali itu berhasil menyisihkan dua pesaingnya untuk menduduki jabatan Dewan Gubernur Senior BI, yaitu Budi Rochadi yang sebelumnya menjabat Kepala Perwakilan BI dan Hartadi A Sarwono yang kini menjabat Deputi Gubernur BI.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008