Washington (ANTARA News) - Rusia telah memindahkan peluncur rudal jarak-dekat SS-21 ke dalam wilayah Ossetia Selatan sejak pertempuran di sana berhenti, dan belum memperlihatkan tanda penarikan besar tentaranya dari Georgia, beberapa pejabat AS menyatakan Senin. Sebaliknya, terdapat tanda bahwa Rusia sedang menambah tentara daratnya dan perlengkapan pasukannya di dalam wilayah Ossetia Selatan serta Abkhazia, dengan demikian memperkuat cengkeramannya atas wilayah separatis di Georgia tersebut, kata para pejabat itu, seperti dilaporkan AFP. "Kami melihat bukti mengenai rudal SS-21 di Ossetia Selatan," kata seorang pejabat pertahanan AS, yang tak ingin disebutkan jatidirinya. Jangkauan rudal SS-21, 70 hingga 120 kilometer, diperkirakan akan berada dalam jarak tembak ke Tbilisi, ibukota Georgia, kata beberapa pejabat. Senin malam, seorang lagi pejabat pertahanan AS berkata, "Meskipun kami masih memantau situasi dan barangkali agak terlalu dini, kami belum melihat gerakan nyata Rusia ke luar dari Georgia hari ini." Gedung Putih tak bersedia mengomentari status pasukan Rusia di negara Kaukasus tersebut, Senin. "Tetapi biar saja jelaskan: Jika itu masuk setelah 6 Agustus, itu perlu dikeluarkan," kata jurubicara Gedung Putih Gordon Johndroe. "Itu akan sejalan dengan komitmen Rusia mengenai penarikan," katanya, sementara Presiden AS George W. Bush menghabiskan waktu di peternakannya di Texas. Tanpa mengkonfirmasi bahwa penggelaran tentara Rusia sedang berlangsung di daerah kantung itu, jurubicara Pentagon berkata, "Apa saja seperti itu atau perlengkapan lain militer yang dibawa masuk akan menjadi pelanggaran terhadap gencatan senjata dan mesti dipindahkan segera." "Pasukan yang diperkenankan tetap ada berdasarkan kesepakatan gencatan senjata ialah pasukan bahwa berada di sana dalam kerangka waktu 6 Agustus", sebelum konflik meletus, kata jurubicara Bryan Whitman.Bantahan Rusia Di Moskow, seorang jenderal Rusia membantah bahwa rudal SS-21 telah digelar di Ossetia Selatan. "Tak perlu melakukan itu," kata Jenderal Anatoly Nogovitsyn pada suatu taklimat untuk wartawan. Tetapi seorang pejabat pertahanan AS menyatakan beberapa peluncur rudal SS-21 dan peralatan yang berkaitan memasuki daerah kantung tersebut setelah pertemuan berhenti pekan lalu. New York Times, yang pertama kali melaporkan gerakan itu, menyatakan rudal-rudal tersebut memasuki Ossetia Selatan, Jumat. "Kami melihatnya memperkuat posisi di Ossetia Selatan dan Abkhazia," kata pejabat itu. Ia menambahkan "tentara tambahan dan peralatan lain" terlihat jelas di daerah kantung itu. Pejabat tersebut mengatakan sedikitnya 10 batalion tentara Rusia berada di daerah kantung itu dan di Georgia, sehingga jumlah tentara Rusia mendekati angkat 15.000. Tidak jelas apakah rudal SS-21 yang diduga tiba Jumat adalah yang pertama memasuki Georgia. Wakil Penasehat Keamanan Nasional AS, Jim Jeffrey pekan lalu mengatakan Presiden George W. Bush, yang berada di Beijing saat itu untuk menghadiri Pertandingan Olimpiade, segera diberitahu pada 8 Agustus, "ketika kami menerima keterangan mengenai dua peluncur perdama rudal SS-21 Rusia memasuki wilayah Georgia". Bush kemudian segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membicarakan masalah tersebut di Balairung Rakyat, kata Jeffrey. Rusia telah meluncurkan sebanyak dua lusin rudal jarak-dekat selama konflik itu, yang meletus 7 Agustus dengan penyerbuan militer Georgia ke dalam wilayah Ossetia Selatan dan meningkat dengan serangan besar-besaran Rusia dua hari kemudian, kata seorang pejabat senior pertahanan AS pekan lalu. Rudal SS-21 adalah sebutan NATO untuk apa yang disebut Rusia sebagai "9K79-1 Tochka-U", yang dikatakan Nogovitsyn "banyak digunakan" oleh pasukan Rusia. Rudal balistik taktis SS-21 dapat membawa hululedak konvensional, kimia dan nuklir. Para pejabat AS tak mengatakan bahwa rudal bersenjata nuklir telah digelar dalam konflik itu. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008