Magelang (ANTARA) - Sekitar 400 karya pelukis Widayat dipamerkan di Museum Haji Widayat di Kota Mungkid, ibu kota Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, selama Oktober 2019 hingga Maret 2020 untuk mengenang 100 tahun sang maestro.

Acara pembukaan pameran bertajuk "The Legacy of Widayat" pada Sabtu dihadiri oleh para seniman dan pecinta seni, termasuk Direktur Museum Haji Widayat, Fajar Purnomosidi, dan Oei Hong Djien, kolektor lukisan sahabat Widayat yang juga pemilik Museum OHD Kota Magelang.

Fajar, salah satu anak Widayat, mengatakan bahwa pameran itu diselenggarakan untuk memperingati 100 tahun Widayat, yang tepatnya jatuh pada 9 Maret lalu.

"Yang dipamerkan di sini karya-karya awal Pak Widayat 1950-an sampai 2002," kata Fajar Purnomosidi, yang akrab disapa Pungki, di sela pembukaan pameran.

Pameran seni rupa terkait dengan peringatan seabad Widayat juga digelar di beberapa tempat, termasuk Bentara Budaya Yogyakarta dan Museum OHD Kota Magelang.​

Pungki menjelaskan, Widayat berkarya menggunakan berbagai macam media seperti kanvas, kayu, batik, kertas, cat minyak, cat air, akrilik, keramik, dan bambu.

Selain membuat karya lukis, Widayat juga membuat karya seni lain seperti patung, grafis, keramik, dan dekorasi interior.

"Karya-karya Pak Widayat itu dekoratif magis, Beliau pelukis modern. Yang dipamerkan kali ini karya Pak Widayat dalam bentuk karya seni legacy," kata dia.

Direktur Museum Haji Widayat Fajar Purnomosidi (dua dari kanan) mendampingi pengunjung pameran "The Legacy of Widayat" untuk memperingati 100 tahun pelukis Widayat di Magelang, Sabtu (26/10/2019). (ANTARA/Hari Atmoko)

Pungki menjelaskan pentingnya pameran itu untuk mengenalkan kembali karya-karya sang maestro kepada publik agar bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat luas, terutama kalangan seniman muda dan pecinta seni, untuk melahirkan karya.

Desember mendatang, ia menjelaskan, museum akan memamerkan sekitar 1.000 karya Widayat dan memberi kesempatan kepada pengunjung untuk melihat fasilitas museum, gudang penyimpan lukisan Widayat, kamar tidur sang pelukis, studio tempat Widayat berkarya, dan aksesoris Widayat.

Budayawan dari Komunitas Lima Gunung Sutanto Mendut mengemukakan pentingnya peran Museum Haji Widayat dengan ribuan karya seninya sebagai arena pembelajaran, tidak hanya untuk para seniman muda tetapi juga masyarakat umum.

"Museum itu arena filsafat bukan sekadar arena benda," kata dia.

"Ini Museum Widayat letaknya strategis di tanah heritage (warisan). Mestinya suka duka museum bersama bangsa Indonesia, Pak Widayat adalah legacy, Museum Widayat benda berharga," kata dia.

Widayat lahir di Kutoarjo pada 9 Maret 1919. Pelukis yang melahirkan seniman-seniman besar seperti Nyoman Gunarsa dan Made Wianta itu meninggal dunia pada 22 Juni 2002 dalam usia 83 tahun. Ia dimakamkan di makam khusus para seniman di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Baca juga: Museum Widayat tutup setelah kehilangan 140 koleksi

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019