Yogyakarta (ANTARA) - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mendorong pemerintah daerah untuk rutin menggelar kejuaraan olahraga tradisional sebagai bentuk melestralikan budaya asli Indonesia.
"Di daerah juga harus diadakan kompetisi-kompetisi serupa (olahraga tradisional), kalau ada di nasionalnya memancing daerah menggelar kompetisi lebih meriah lagi," ujar Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora Raden Isnanta, Sabtu.
Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (Potradnas) di Stadion Sultan Agung Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 26-27 Oktober 2019 dengan mempertandingkan lima cabang olahraga.
Kelima cabang olahraga tradisional itu yakni Hadang (gobak sodor), Dagongan, Terompah Panjang (bakiak), Egrang dan Sumpitan yang diikuti lebih dari 24 Provinsi.
Menurutnya, pemerintah daerah jangan hanya fokus menggelar kompetisi cabang olahraga olimpik saja. Pengembangan olahraga tradisional juga mesti jadi prioritas.
Jika unsur kebudayaan itu menjadi olahraga masif dan menjadi keseharian masyarakat, bukan tidak mungkin akan dipertandingkan di keolahragaan nasional.
"Nah seperti PON, kadang pendangan saya sedikit berbeda. PON itu pestanya olahraga Indonesia, ada yang mengatakan sudah fokus saja ke olahraga olimpik, kalau begitu nanti ga tumbuh olahraga budaya kita, kalau di negara sendiri ga jadi tuan rumah," kata dia.
Maka dari itu, ia berharap usai penyelenggaraan Potradnas ini akan ada lagi kejuaraan serupa di tingkat daerah dan tentunya dengan keseriusan membangun iklim olahraga tradisional.
"Jadi dibanyakin kompetisi, lapangan untuk menggelarnya juga murah. Lapangan voli jadi, engrang nyari alat bambunya murah, sumpitan produksi murah. Yang sulit adalah niat bagaimana ini harus dilakukan," kata dia.
Baca juga: Pekan Olahraga Tradisional tandingkan lima cabang
Baca juga: Bantul tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Tradisional Nasional
Baca juga: Kemendikbud: Masyarakat bisa berkompetisi olahraga tradisional di PKN
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2019