Moskow, (ANTARA News) - Presiden pro-Rusia di republik separatis Georgia, Ossetia Selatan, Eduard Kokoity, Ahad larut malam, membubarkan pemerintahnya dan mengumumkan keadaan darurat di wilayah yang memisahkan diri itu, demikian laporan stasiun televisi Rusia, Vesti-24. "Saya telah menandatangai tiga dekrit termasuk satu dekrit mengenai pembubaran pemerintah, satu lagi mengenai pengumuman keadaan darurat di Ossetia Selatan dan yang ketiga tentang pembentukan satu komite darurat guna menyelesaikan konsekuensi dari serbuan Georgia," kata Kokoity kepada saluran TV itu. Ia menuduh pemerintahnya bertindak lamban dalam membagikan bantuan kemanusiaan untuk penduduk Ossetia Selatan, dan menegaskan bahwa seorang pegawai masyarakat "harus bekerja untuk rakyatnya dan bukan untuk menguntungkan diri sendiri". Ossetia Selatan, yang secara resmi adalah bagian dari Republik Georgia tapi memproklamasikan kemerdekaan pada 1991, setelah pembubaran Uni Sovyet, bertekad untuk memperoleh pengakuan setelah kegagalan operasi militer Georgia guna merebut kembali wilayah tersebut dengan menggunakan kekuatan. Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Sabtu menandatangani kesepakatan perdamaian, sehari setelah Presiden Georgia Mikhail Saakashvili melakukannya, dan satu pekan setelah pasukan Rusia menyerbu Georgia guna mendukung kaum separatis di wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia. Rusia, Ahad, berjanji akan mulai menarik pasukan tempurnya dari Georgia mulai Senin, tapi satu rencana untuk mempertahankan "pasukan pemelihara perdamaian" Rusia di republik Kaukasus yang dilanda pertempuran tersebut menyulut ketegangan baru.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008