Jakarta (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr. Mursyid Bustami mengatakan stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia berdasarkan riset kesehatan Kementerian Kesehatan pada 2018.
"Jadi stroke yang dulu Tahun 90-an menduduki rangking kelima, sekarang rangking kesatu. Jadi stroke menempati rangking kesatu sebagai penyebab kematian," katanya dalam Talkshow Week Stroke Campaign dalam rangka menyambut Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober, di RSPON Jakarta, Jumat.
Ia mencontohkan prevalensi kejadian stroke pada 2013 yang terjadi pada tujuh di antara 1.000 penduduk di Indonesia.
Angka tersebut berbeda dengan jumlahnya pada 2018 yang meningkat menjadi 10,9 per 1.000 penduduk yang terserang stroke di Indonesia. "Ini mengalami peningkatan. Kita tidak tahu lima tahun ke depan apakah akan meningkat atau menurun," ujarnya.
Baca juga: Pasien stroke di RS Pusat Otak Nasional capai 350 orang per hari
Baca juga: Puasa bisa mengendalikan faktor risiko stroke
Kemudian, ia juga mengatakan bahwa berdasarkan data 2014 yang pernah dilakukan Litbangkes Kemenkes, 21,1 persen dari seluruh penyebab kematian dari berbagai penyakit disebabkan oleh stroke.
"Jadi seperlima kematian itu akibat stroke dan 15,4 persen pasien stroke yang masuk rumah sakit itu meninggal berdasarkan riset kesehatan Tahun 2013," katanya.
Selain itu, data dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada 2009 menyebutkan 65 persen pasien stroke mengalami kecacatan dari berbagai level, tidak hanya mereka yang tidak bisa berjalan, bergerak, tetapi juga gejala lain yang mengindikasikan seseorang terkena stroke.
"Misal gangguan konsentrasi, gangguan bicara," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mencatat tentang usia harapan hidup yang meningkat, tetapi rentang masa seseorang sakit-sakitan juga meningkat.
"Jadi usia harapan hidup di Indonesia itu meningkat menjadi 71,4 tahun, tetapi usia hidup yang berkualitas hanya sekitar 60 tahun," katanya.
"Ada selisih sekitar delapan sampai 10 tahun hidup seseorang sakit-sakitan dan mungkin itu salah satunya akibat stroke," katanya.
Oleh karena itu, dia berharap dengan pengendalian faktor risiko, kemungkinan terkena stroke akan berkurang sehingga lebih lanjut menurunkan angka stroke di Indonesia.
Baca juga: Direktur RSPON: Cegah stroke dengan kendalikan faktor risiko
Baca juga: Dokter: penderita stroke harus selalu membangkitkan rasa gembira
Baca juga: Kemkes: Penyakit tidak menular jadi penyebab kematian paling banyak
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019