"Ada kenaikan angka kasus yang terkait dengan perubahan cuaca," kata Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr. Achmad Yurianto dalam temu media di Kemenkes, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan pada kondisi tertentu dan pada kelembapan tertentu serta suhu tertentu, populasi nyamuk meningkat dengan cepat.
Jika nyamuk tersebut merupakan vektor penyakit, maka ia memperkirakan pada periode suhu panas ini akan ada peningkatan kasus demam berdarah, cikungunya, malaria dan lain sebagainya, meski jumlahnya tidak signifikan.
Baca juga: Hujan belum turun, Dinkes DKI beberkan cara atasi "Heat Stroke"
Baca juga: BMKG imbau masyarakat waspadai fenomena suhu panas sepekan ke depan
"Kecuali jika (angka kasus) dua kali lipat dari kondisi sebelumnya, baru disebut kejadian luar biasa (KLB)," katanya.
Selain adanya potensi peningkatan kasus demam berdarah, suhu panas yang disertai angin kencang saat kering juga akan menyebabkan partikel debu tetap bertahan.
Hal tersebut akan cukup signifikan meningkatkan kasus gangguan pernapasan, dari yang sederhana diawali dengan alergi yang kemudian dapat memunculkan influensa like illness (ILI) hingga infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) jika disertai dengan alergi.
"Angka-angka ini naik semuanya. Terlebih jika ada perilaku yang memanfaatkan panas terik dengan membakar gambut sehingga menyebabkan kabut asap," ujarnya.
Baca juga: Panas ekstrem? Lakukan hal ini agar tetap bugar
Baca juga: BMKG: Suhu panas masih melanda Indonesia hingga 38 derajat
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena suhu panas akan terus terjadi hingga sepekan ke depan di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Fenomena suhu panas tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain karena titik kulminasi matahari yang masih berada di wilayah Jawa ke daerah selatan dan kondisi cuaca cerah di wilayah Indonesia yang saat ini masih mendominasi," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin dalam kesempatan yang sama.
Cuaca cerah tersebut terjadi karena karena ada fenomena anomali suhu dingin di wilayah perairan Indonesia yang menyebabkan pertumbuhan awan hujan sangat sulit terbentuk di Wilayah Sumatera, Jawa dan sekitarnya.
Baca juga: Jakarta panas, 800 pasien kunjungi Puskesmas Kramatjati per hari
Pewarta: Katriana
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019