Jakarta (ANTARA News) - Warga masyarakat di satu desa tertinggal dan tiga pulau terluar Indonesia yang melakukan percakapan langsung secara visual (video conference) dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Wisma Negara Jakarta, Sabtu, kompak mengeluhkan masalah minimnya sarana transportasi yang menghubungkan pulau mereka dengan dunia luar.Empat lokasi yang mewakili daerah tertinggal dan pulau terdepan itu adalah Pulau Breueh di Kabupaten Aceh Besar (di ujung paling barat Indonesia), Pulau Kisar (Kabupaten Maluku Barat Daya), Desa Marore (Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulut ) dan Desa Rinding Allo (Kabupaten Luwuk Utara, Sulawesi Selatan).Warga Pulau Breueh yang didampingi oleh Wakil Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Muhammad Nazar meminta pemerintah pusat agar mempertimbangkan pembangunan jembatan yang menghubungkan pulau itu dengan Pulau Nasi serta kapal laut untuk menghubungkan pulau itu dengan Banda Aceh.Terhadap permintaan tersebut, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa ia akan melihat kembali konsep pemerintah daerah untuk melihat hal-hal yang dapat dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar penggunaan dananya tepat. Sedangkan warga Pulau Malore yang dipimpin oleh Camat Rosita mengatakan bahwa jauhnya letak Pulau Malore dari ibukota Kabupaten Sangihe mengakibatkan harga BBM di daerah itu mencapai Rp12.000 per liter. "Untuk memenuhi kebutuhan BBM kalau cuaca teduh masyarakat dapat menggunakan kapal kecil selama delapan jam ke kota kabupaten," kata Rosita seraya menjelaskan bahwa warga Pulau Malore yang terletak dekat dengan Filipina itu sekitar 607 jiwa. Ia juga mengeluhkan kurangnya sarana air bersih. Presiden Yudhoyono berjanji akan meminta Menteri Perhubungan untuk memperhatikan masalah transportasi di daerah itu. Hal senada juga dikeluhkan oleh masyarakat Pulau Kisar yang didampingi oleh Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu. Mereka meminta agar ada suatu kapal khusus yang mempermudahkan hubungan pulau itu dengan dunia luar. Sementara itu warga Desa Rinding Alo yang didampingi oleh bupatinya mengatakan bahwa sekalipun desa tersebut tidak terpencil secara geografis namun sangat terpencil secara fisik. Salah seorang tokoh masyarakat mengatakan bahwa satu-satunya jalan yang menghubungkan desa itu dengan kota kabupaten kondisinya sangat rusak, bahkan disebut jauh lebih buruk dari kondisi sebelum kemerdekaan. Parahnya kondisi jalan ke Desa Rinding Alo mengakibatkan untuk menempuh jarak sepanjang 64 kilometer dibutuhkan waktu lebih dari lima jam. Masyarakat Rinding Alo juga mengeluhkan masalah kurangnya tenaga penyuluh dan kelangkaan pupuk. Terhadap masyarakat Rinding Alo, Presiden Yudhoyono berjanji menugaskan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto segera menyelesaikan permasalahan jalan tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008