Grays, Inggris (ANTARA) - Polisi diberi waktu lebih banyak pada Kamis untuk menginterogasi sopir yang ditahan atas dugaan pembunuhan setelah 39 orang, yang diyakini warga negara China, ditemukan tewas di truk pendingin di dekat London.
Penyelidikan berfokus pada perdagangan manusia.
Petugas menggeledah tiga properti di daerah County Armagh di Irlandia Utara. Sopir itu belum teridentifikasi secara resmi, namun sumber yang mengetahui penyelidikan itu menyebutkan ia bernama Mo Robinson dari Kota Portadown.
Baca juga: Inggris bui perawat pakai guna-guna karena perdagangan perempuan
Tim medis dan polisi pada Rabu menemukan 31 jasad pria dan delapan jasad perempuan di sebuah truk kontainer di kawasan industri Grays di Essex, sekitar 30 km timur London.
Selama bertahun-tahun para migran ilegal berupaya untuk tiba di Inggris dengan menggunakan truk, terkadang dari daratan Eropa. Pada 2000 sebanyak 58 warga negara China ditemukan tak bernyawa di sebuah truk tomat di pelabuhan Dover.
"Kami membaca dengan berat hati sejumlah laporan soal kematian 39 orang di Essex," kata Kedutaan Besar China melalui pernyataan.
Polisi diberikan izin oleh hakim untuk dapat menahan lebih lama sopir berusia 25 tahun itu hingga Kamis.
Baca juga: Kasus kematian 71 migran di Austria, 4 pelaku dipenjara seumur hidup
Badan Kriminal Nasional, yang menargetkan kejahatan serius dan terorganisir, mengatakan pihaknya sedang membantu penyelidikan dan berupaya untuk mengungkap segera setiap geng yang terlibat.
Juru bicara nasional Kepolisian Inggris urusan perdagangan manusia, Shaun Sawyer, melaporkan ribuan orang berupaya masuk ke Inggris secara ilegal. Sementara mereka dapat menyelamatkan banyak orang yang diselundupkan, Inggris dianggap kejahatan terorganisir sebagai potensi sasaran mudah bagi pelaku perdagangan manusia.
"Anda tidak dapat mengubah Inggris menjadi kubu pertahanan. Kami harus menerima bahwa kami memiliki perbatasan yang mempunyai celah," katanya kepada radio BBC.
Baca juga: Pernikahan modus baru sindikat internasional perdagangan manusia
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019