Banda Aceh (ANTARA News) - Farid Husein memang seorang dokter bedah, tapi di luar profesinya, sosoknya berperan banyak dalam sejumlah perundingan perdamaian, mulai Poso, Ambon, dan Aceh.
Pria berpostur tinggi besar itu lah yang melakukan pendekatan dengan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hingga ke Swedia.
Farid Husein, yang hadir dalam peringatan tiga tahun penandatangan Kesepakatan Helsinki, di Banda Aceh, Kamis (14/8), menyatakan bahwa perjalanannya ketika menemui para tokoh kunci GAM di Swedia tidak lah mulus, dan beberapa kali nyaris gagal.
Menurut dia, kunci yang dia pegang ialah membangun kepercayaan dan pendekatan personal antar pihak yang bertikai, agar perundingan berjalan dengan saling penuh percaya, sehingga tercapainya Kesepakatan Helsinki, 15 Agustus 2005, yang menjadi awal perdamaian di Aceh.
Farid berperan aktif dalam Perjanjian damai Malino I (perdamaian di Poso), Malino II (perdamaian di Ambon) dan Helsinki (perdamaian di Aceh). Farid berhasil menyatukan persepsi bagi kedamaian di Aceh.
Ia menjadi salah satu tim perunding di Helsinki selain Menteri Hukum dan HAM Dr Hamid Awaluddin. Latar belakangnya yang jauh dari dunia politik tidak menjadikannya canggung dalam berunding layaknya diplomat.
"Seperti manusia yang baru lahir, usia tiga tahun adalah proses anak mencapai emosi yang stabil. Momentum damai ini harus kita jaga," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008