Ria bersama tim mendiskusikan tema apa yang ingin diangkat, kemudian menerjemahkannya dalam kata kunci yang diberikan pada Rinna. Dalam kolaborasi ini, Rinna menggunakan neural network untuk memahami kalimat inspirasi, lalu mengekspresikannya dalam bentuk desain baru dengan karakteristik menarik.
Desain baru dari Rinna kemudian diolah lagi oleh tim Ria Miranda dengan menambahkan sentuhan akhir, termasuk logo. Kolaborasi tersebut membuahkan empat kerudung - Algo Scarf, Fuzzy Scarf, Bayes Scarf dan Neural Scarf- yang dijual dalam jumlah terbatas.
Menurut Linda, kerja sama ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa teknologi dan manusia dapat bekerjasama menciptakan inovasi baru. Bukan tidak mungkin kecerdasan buatan di masa depan bisa diaplikasikan untuk industri-industri lain.
Ria terkagum-kagum dengan durasi pengerjaan motif oleh teknologi kecerdasan artifisial tersebut. Meski motif yang lahir dalam bentuk digital berbeda dengan buatan tangan, dia mengatakan teknologi tersebut mempercepat rampungnya sebuah proses kreatif.
Pandu Rosadi, co-founder dan Managing Director brand RiaMiranda mengatakan teknologi kecerdasan buatan sangat mempermudah proses berkreasi, namun takkan menggantikan peran manusia sepenuhnya.
"Saat berkreasi, kita enggak cuma mengurus motif, tapi membuat rencana jangka panjang, bagaimana cetak birunya. (Dengan AI) ada fase pekerjaan yang dipermudah," ujar Pandu.
Baca juga: Kesan Ria Miranda bertemu Lindsay Lohan saat berkerudung
Baca juga: Impian terpendam perancang Ria Miranda
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019