Jakarta (ANTARA News) - Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa membantah jika pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang RUU APBN Tahun Anggaran 2009 yang disertai Nota Keuangan dalam Sidang Paripurna Terbuka DPR di kompleks MPR/DPR/DPD di Jakarta, Jumat, lebih merupakan kampanye.
"Pidato kenegaraan itu adalah sesuatu yang disampaikan presiden berdasarkan sesuatu yang hasil-hasilnya tercapai saat ini dan apa yang akan dilakukan pada 2009,....jadi dimana kampanyenya," kata Hatta Rajasa di Istana Negara Jakarta, Jumat, seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengukuhkan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2008.
Menurut Hatta, Presiden Yudhoyono dengan jujur juga mengatakan bahwa masih ada target-target yang belum tercapai.
"Itulah fakta-fakta yang disampaikan, ada yang tercapai dan ada yang belum, tidak ada kampanye," katanya.
Mengenai rencana kenaikan gaji guru, lanjut dia, memang telah menjadi agenda Presiden Yudhoyono sejak pertama kali menjabat pada 2004.
"Beliau memang bertekad pada waktu menjabat pada 2004 agar gaji PNS itu secara bertahap dinaikkan sampai minimum gaji terendah Rp2 juta dan itu memang sudah menjadi program pemerintah, secara bertahap dinaikkan," kata Hatta membantah hal itu sebagai bagian dari kampanye.
Sedangkan mengenai data angka kemiskinan yang hanya hingga Maret 2008, kata Hatta, dikarenakan pemerintah hanya ingin menyampaikan data yang benar-benar akurat berdasarkan survei, bukan berdasarkan prediksi.
"Data itu adalah betul-betul akurat hasil survei BPS, jadi akurat, kita tidak ingin menyampaikan data yang belum disurvei oleh BPS," katanya.
Hatta menjelaskan bahwa dengan menyampaikan data yang akurat maka pemerintah dapat mempertanggungjawabkan keabsahan data itu.
"Tadi dalam pidato juga disampaikan bahwa jika ukuran-ukuran yang digunakan menggunakan ukuran Bank Dunia pun tetap angka kemiskinan kita turun, dan ini capaian kita yang terbaik selama 10 tahun terakhir," ujarnya.
Menurut Hatta, bangsa Indonesia hendaknya dapat bersyukur karena di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang mengalami banyak tekanan, Indonesia masih dapat mencapai pertumbuhan 6,4 persen.
"Jadi kenapa kita harus pelit menyampaikan syukur,..., kita syukurilah angka-angka itu untuk memacu semangat," katanya.
Sementara itu, anggota DPR RI, Alvin Lie menilai pidato kenegaraan Presiden Yudhoyono di hadapan paripurna DPR lebih merupakan kampanye.
"Saya melihat pidato presiden lebih ditujukan sebagai pidato kampanye daripada pidato kenegaraan. Semuanya bagus, padahal kita tahu masih banyak masalah yang tertinggal," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008