Jakarta (ANTARA) - Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengimbau kepada akademisi, termasuk kalangan perguruan tinggi dan dunia kampus untuk tidak merasa dilecehkan atas ditunjuknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo.
"Saya anjurkan dunia perguruan tinggi, dunia kampus jangan merasa dilecehkan dengan penetapan ini," ucap Jimly di Jakarta, Kamis.
Pernyataan tersebut dilontarkan Jimly terkait latar belakang mantan Bos Gojek itu yang bukan berasal dari kalangan akademisi.
Jimly meminta seluruh pihak untuk menghormati keputusan yang telah diambil oleh Presiden. Dia mengatakan saat ini tugas masyarakat adalah mengawal kinerja menteri-menteri yang telah ditunjuk oleh Jokowi, setidaknya hingga 100 hari ke depan.
"Kita hormati keputusan Presiden, tapi suara-suara masyarakat bagus juga. Siapa tahu dalam 100 hari ada evaluasi. Ini orang hebat semua, tapi bisa saja ada pergeseran. Orang hebat harus di tempat yang tepat," ucap anggota Dewan Perwakilan Daerah RI itu.
Baca juga: Nadiem diharapkan wujudkan metode pendidikan berbasis teknologi
Baca juga: Loncatan kemajuan jadi alasan Presiden tunjuk Nadiem sebagai Mendikbud
Baca juga: Mendikbud diharapkan bisa selesaikan masalah pengangguran lulusan SMK
Lebih lanjut Jimly menyarankan agar Nadiem segera menjalin komunikasi baik dengan jajaran internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun kalangan eksternal.
Komunikasi dengan jajaran internal penting dilakukan guna memahami budaya, struktur dan aturan yang selama ini diterapkan di lingkungan kementerian.
Sedangkan komunikasi eksternal diperlukan untuk menjalin sinergi dengan pihak-pihak terkait dalam dunia pendidikan dan kebudayaan di Tanah Air, termasuk rektor, pendidikan dasar dan menengah, sekolah kejuruan, pusat-pusat kebudayaan hingga kalangan akademisi seperti profesor.
Sebelumnya, Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga alasan yang menjadi latar belakang penunjukannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
"Alasan kenapa saya terpilih walaupun saya bukan dari sektor pendidikan adalah pertama saya lebih mengerti, belum tentu mengerti, tapi lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita," katanya setelah acara pelantikan menteri di Istana Negara Jakarta, Rabu (23/10).
Nadiem, yang dikenal sebagai pembangun perusahaan teknologi, dinilai mampu mengantisipasi tantangan masa depan, termasuk yang berkenaan dengan kebutuhan lingkungan pekerjaan pada masa mendatang.
"Sekali lagi ini adalah visi Bapak Presiden bukan visi saya, link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan di institusi pendidikan, menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan, agar bisa adaptasi dengan segala perubahan itu," kata pria yang lahir di Singapura pada 4 Juli 1984 itu.
Alasan berikutnya berhubungan dengan pentingnya peran teknologi dalam mendukung pengembangan 300.000 sekolah dan 50 juta murid di Indonesia.
"Mau enggak mau peran teknologi akan sangat besar dalam semuanya, kualitas, efisiensi, dan administrasi sistem pendidikan sebesar ini ya, jangan lupa ini empat terbesar di dunia sistem pendidikan ini, jadi peran teknologi sangat penting," katanya.
Alasan yang ketiga, menurut dia, lantaran Presiden memerlukan sosok yang inovatif yang bisa mendobrak, yang tidak melakukan segala sesuai sebagaimana biasa.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019