Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto menilai asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam RAPBN 2009 sebesar 100 dolar AS per barel sudah cukup realistis."Meski, masih berisiko," katanya di Jakarta, Jumat menanggapi pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Sidang Paripurna DPR yang mengajukan asumsi ICP dalam RAPBN 2009 sebesar 100 dolar AS per barel.Direktur Eksekutif ReforMiner Institute itu mengatakan, realistis jika melihat kecenderungan penurunan harga minyak beberapa minggu terakhir yang sudah mendekati 110 dolar AS per barel.Namun, lanjutnya, berisiko jika tidak ingin terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) lagi. "Sebab, tidak ada jaminan bahwa penurunan harga minyak akan tetap konstan tahun depan," katanya. Selain juga, faktor penguatan nilai tukar dolar AS dan ketegangan nuklir Iran yang bisa jadi akan menentukan pergerakan harga minyak selanjutnya. "Tetapi, sebagai asumsi awal, saya pikir angka ini cukup rasional dan kalaupun menyimpang jauh, pemerintah masih bisa melakukan perubahan APBN," ujarnya. Harga minyak dunia terus merosot setelah sempat menyentuh 147 dolar AS per barel pada 11 Juli lalu. Saat ini, harga minyak dunia sudah berada di bawah 115 dolar AS per barel.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008