Medan (ANTARA News) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dinilai mampu "mengambil hati" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dengan prestasinya dalam mengungkap praktik korupsi. "Penyebutan nama KPK dalam pidato kenegaraan Presiden menunjukkan Presiden Yudhoyono memberikan apresiasi yang besar sekaligus mengakui eksistensi KPK," kata guru besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. DR. Runtung Sitepu, SH, M.Hum menjawab ANTARA di Medan, Jumat. Menurut dia, penyebutan nama KPK dalam pidato kenegaraan dapat juga diartikan sebagai harapan agar institusi hukum itu terus mempertahankan prestasi dan keberhasilannya dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Namun Runtung Sitepu mengingatkan agar KPK tidak "besar kepala" dan merasa puas dengan prestasi yang diraih selama ini, tetapi agar mampu menunjukkan keberhasilan selanjutnya. Penyebutan tersebut juga merupakan "cambuk" dan "sindiran" bagi unsur penegak hukum lain yang bertugas memberantas praktik korupsi. Sitepu mencontohkan, pernyataan itu seperti orangtua yang senang atas sikap seorang anak dan memujinya di depan anak-anaknya yang lain, dan mengharap yang lain bisa meniru yang baik dan membanggakan itu. "Hanya saja sindiran tersebut dilontarkan secara halus oleh Presiden Yudhoyono selaku orangtua," katanya. Dalam pidato kenegaraan serta keterangan pemerintah atas RUU APBN 2009 beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR, Presiden Yudhoyono menyatakan bersyukur atas prestasi KPK yang telah berhasil mengungkap dan mengusut kasus-kasus yang merugikan keuangan negara. (*)
Copyright © ANTARA 2008