Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka mengatakan target ekspor nonmigas 13,5 persen dalam Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2009 merupakan target minimal yang bisa dicapai mengingat pertumbuhan pasar regional masih dinilai positif. "Pasar regional pertumbuhannya masih positif. Target ekspor nonmigas 13,5 persen itu kita anggap target minimum saja,"ujar Mari usai mengikuti pidato kenegaraan Presiden untuk menyampaikan RUU APBN 2009 yang disertai Nota Keuangan di depan Rapat Paripurna DPR di Komplek MPR/DPR/DPD di Jakarta, Jumat. Menurut Mendag, perkembangan perekonomian dunia pada semester II 2008 masih diwarnai ketidakpastian terutama harga komoditi yang diperkirakan masih akan berfluktuasi. "Jadi lebih baik kita mencari target konservatif...bukan pesimistis," ujarnya. Pertumbuhan ekspor nonmigas 2008 diprediksi sebesar 12-14,5 persen. Selama semester I 2008 ekspor tumbuh rata-rata di atas 20 persen. Kinerja ekspor tersebut salah satunya didorong oleh ekspor minyak sawit mentah (CPO) yang harganya meroket hingga 1.200 dolar per ton selama semester I 2008. Meski akan ada banyak hambatan nontarif berupa aturan ekspor yang ketat ke negara tujuan utama (Uni Eropa), namun Mendag optimistis UE tetap menjadi salah satu pasar terbesar CPO Indonesia. "Itu bisa diatasi dengan promosi yang terkoordinasi antara Deptan, Depdag dan Deplu. Kita usahakan agar tidak terjadi diskriminasi terhadap produk ekspor kita,"katanya. Pertumbuhan ekspor 2009, selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu juga tergantung perkembangan realisasi investasi tahun ini. "Kita harus melihat prospek perekonomian dunia dan realisasi investasi. Intinya prospek ekspor untuk otomotif dan lainnya masih baik tahun ini tapi untuk tahun depan kaitannya dengan investasi tahun ini harus meningkat untuk bisa meningkatkan ekspor tahun depan," jelasnya. Dalam pidatonya, Presiden mengatakan target investasi 2009 12,1 persen. Menurut Mari, target pertumbuhan investasi 2009 tidak berbeda dengan target tahun ini kerena kondisi perekonomian dunia yang diperkirakan masih penuh ketidakpastian. "Itu cerminan bahwa kita memahami keadaan eksternal dunia banyak ketidakpastian," tuturnya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008