Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak tergelincir menjadi di bawah 114 dolar AS pe barel, Jumat, karena turunnya sentimen karena permintaan dunia terhuyung-huyung dan pasokan naik, sedangka menguatnya dolar mendorong dana keluar. Kontrak berjangka minyak jenis ringan di AS untuk pengiriman September turun 1,08 dolar menjadi 113,93 dolar, lebih besar dari penurunan sebesar 99 sen pada Kamis, demikian diwartakan Reuters. Harga minyak turun untuk ketujuh kalinya selama sebulan, setelah mencapai rekor tertinggi pada 147,27 dolar per barel pada pertengahan Juli karena melemahnya permintaan. "Sisi permintaan menjadi perhatian utama. Pasokan dari negara OPEC naik, tetapi pembelian tersendat. Penggunaan minyak di industri di China dipangkas," kata Gerard Burg dari National Australia Bank. Ada bukti lebih lanjut bahwa krisis perekonomian AS menyebar ke seluruh dunia, dengan perekonomian di 15 negara kawasan euro mengalami kontraksi 0,2 persen, kuartal kedua terburuk sejak 1995. Data, seiring dengan berita bahwa inflasi AS menyentuh tingkat tertinggi selama 17 tahun terakhir, menunjukkan euro semakin melemah terhadap dolar dalam enam bulan terakhir menjadi di bawah 1,48 pada Jumat. Berita melemahnya perekonomian menambah kekhawatira bahwa tingginya harga minyak dan melambannya perekonomian akan berarti menguranugi pembelian bensin dan produk perminyakan lainnya, setelah konsumen terbesar pertama dan kedua, AS dan China, menurut data yang dikeluarkan awal pekan ini dilaporkan menurunkan permintaan minyaknya. Situasai di Georgia masih tetap tegang dengan tentara Rusia ditempatkan di sekitar tiga kota. AS akan segera menekan Rusia untuk memastikan diberikannya akses yanglebih bebas menuju pelabuhan di Georgia dan pergerakan kapal dari eks negara Uni Sovyet itu tidak dikekang, kata utusan khusus senior AS, Matthew Bryza, Kamis. BP melanjutkan ekspoer ga dari Azerbaijan ke Turki melalui Georgia, namun jaringan pipa minyak ke Laut Hitam ke Supsa tetap ditutup.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008