Gowa (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulawesi Selatan bersama seluruh aparat TNI-Polri, Dinas Sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan warga setempat berupaya memadamkan titik kebakaran hutan dan lahan di kaki Gunung Lompobattang.
"Kebakaran hutan dan lahan menjadi perhatian semua mulai dari pemerintah pusat hingga daerah. Begitu kami dengar ada kebakaran hutan, langsung kami berkoordinasi untuk turun langsung memadamkan api," ujar Kepala Cabang ACT Sulsel Faizal Agunisman di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan kebakaran hutan terus meluas mulai tanggal 21 Oktober 2019 sekitar Pukul 16:00 WITA di Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dengan penyebaran titik api sudah menjadi 11 titik.
Dari jumlah itu, lima diantaranya merupakan titik utama yang berada disekitar pos 1-4 pendakian Gunung Bawakaraeng dengan jarak pos 1 dari pemukiman warga adalah sekitar satu kilometer. Antara Gunung Lompobattang dan Gunung Bawakaraeng saling berdekatan.
Baca juga: LAPAN wilayah Sulsel: Terpantau ada 3.296 hotspot karhutla
Baca juga: Tim gabungan diturunkan padamkan Karhutla di Toraja Utara
Baca juga: Walhi Sulsel minta pemprov efektifkan tim pengendali karhutla
"Dengan meluasnya titik api itu, kami dari MRI-ACT kemudian berkoordinasi semua pihak dan turun langsung memadamkan api. Alhamdulillah titik api sudah mulai dikuasai. Tetapi kami masih terus memantau potensi titik api itu," katanya.
Wakil Bupati Gowa Abd Rauf Malaganni yang turun langsung juga meninjau kondisi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Dusun Taipakkodong, Desa Rappoala, Kecamatan Tompobulu, Gowa, terus memberikan instruksi.
"Tim sudah bekerja maksimal di lapangan dan kehadiran saya tidak lain untuk memberikan semangat kepada segenap tim yang bekerja," ujarnya.
Di lokasi kebakaran hutan itu, dirinya menginstruksikan agar seluruh tim pemadaman baik unsur masyarakat, Pemadam Kebakaran (Damkar) Manggala Agni hingga TNI/Polri agar tidak lelah mengawasi seluruh titik yang dianggap paling berpotensi terjadi kebakaran susulan.
Rauf menekankan beberapa titik-titik kawasan yang berpotensi menjadi titik api (hotspot) agar dipantau secara terus menerus supaya nantinya tidak meluas.
"Sekarang memang musim kemarau dan potensinya menjadi titik api itu besar. Makanya, semua harus bisa bersatu menjaga dan mengawasi hutan kita supaya potensi itu bisa ditiadakan," katanya.
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019