Jakarta, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan anggaran pendidikan yang dianggarkan pada RAPBN tahun 2009 akan mencapai 20 persen, seperti yang diamanatkan UUD 1945, apalagi pendidikan tetap menjadi prioritas utama. "Kita telah memenuhi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi," kata Presiden ketika menyampaikan pidato kenegaraannya saat menyampaikan RUU RAPBN Tahun Anggaran 2009 yang disertai Nota Keuangan dalam Sidang Paripurna Terbuka DPR di kompleks MPR/DPR/DPD di Jakarta, Jumat. Ia menyebutkan jika pada tahun 2005 anggaran pendidikan baru mencapai Rp78,5 triliun maka angka itu naik hampir dua kali lipat menjadi Rp154,2 triliun pada tahun 2008. Anggaran pendidkan antara lain akan dimanfaatkan untuk merehabilitasi gedung-gedung sekolah dan membangun puluhan ribu kelas serta ribuan sekolah baru. Sekalipun anggaran pendidikan telah naik apalagi disertai Bantuan Operasional Sekolah atau BOS, namun pemerintah menyadari bahwa masih banyak keluarga di tanah air yang tidak mampu mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah. "Pemerintah mengatasi masalah ini dengan memberikan bantuan langsung tunai kepada keluarga miskin, dengan syarat anak-anak mereka tetap harus masuk sekolah. BLT bersyarat ini, dikenal sebagai Program Keluarga Harapan(PKH) yang telah dilaksanakan di 73 kabupaten/kota," tegas Presiden. Selain itu, pemerintah akan menyediakan beasiswa untuk lebih dari satu juta siswa SD/MI, lebih dari 600.000 siswa SMP/MTs, 900.000 siswa SMA/SMK/MA dan lebih dari 200.000 mahasiswa PT/PTA. "Sebagian besar siswa dan mahasiswa tersebut, berasal dari keluarga tidak mampu," demikian rincian yang diberikan Kepala Negara.. Khusus bagi para siswa yang berhasil meraih medali emas dalam olimpiade berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka pemerintah akan memberikan beasiswa untuk menuntut ilmu di universitas mana pun di seluruh dunia sampai mencapai gelar doktor. Dalam kesempatan ini, Kepala Negara juga berbicara tentang masih adanya berbagai cobaan berat, dan kemudian mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi warga negara untuk berpangku tangan atau hanya bisa mengeluh. "Kita tidak boleh tenggelam dalam budaya sinisme dan sifat gamang yang tak kunjung habis. Dan kita tidak boleh lengah membaca zaman yang telah berubah," kata Presiden. Masyarakat harus memiliki keyakinan bahwa betapapun beratnya masalah maka selalu akan ada jalan keluarnya. "Apa pun masalahnya, kapan pun masanya, seberapa pun keterbatasannya, kalau kita bermental Bisa, kita semua Bisa, dan Indonesia pasti Bisa," kata Kepala Negara dengan tegas. Masalah yang dihadapi bangsa ini beraneka ragam. Mulai dari kenaikan harga pangan, harga minyak mentah, hingga semakin beratnya beban subsidi. Karena pada tahun 2009, bangsa ini akan melaksanakan pemilihan anggota MPR, DPR, dan DPD, serta pemilihan presiden dan wakil presiden, maka Kepala negara mengemukakan harapannya agar pesta demokrasi itu bisa dilampaui dengan selamat dan baik. "Apakah kita bisa melampaui tahun pemilu dengan baik dan damai? saya rasa kita sepakat untuk menjawabnya: Bisa! Kita Bisa," kata Presiden menegaskan. Menurut dia, Pemilu 2004 membuktikan bahwa kegiatan itu bisa dilakukan secara jujur dan adil, aman dan tertib, dan keberhasilan ini harus diwujudkan lagi pada pemilu tahun 2009. "Pemilu 2009 harus kita sukseskan, sehingga amanah rakyat benar-benar dapat diwujudkan, yaitu parlemen dan pemerintahan yang bersih dan efektif," katanya. Tentu saja untuk mewujudkan hal itu, katanya, semua harus menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, yaitu kebebasan berpendapat, termasuk berpolitik, tetapi tetap dengan landasan etika dan aturan main, serta atas dasar kepentingan bersama. "Berani menerima kemenangan dan berani pula menerima kekalahan secara kesatria," kata Presiden Yudhoyono. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008