Bogor (ANTARA News) - Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) di bawah otoritas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki rumah anggrek (Orchid House), yang merupakan bagian dari koleksi tanaman di kebun raya itu. Namun, khusus di pekarangan KRB juga terdapat beberapa jenis anggrek lainnya, dan salah satunya adalah "Grammathophyllum Speciosum Blume "(Giant Orchid) yang dikenal dengan "anggrek raksasa" atau dikenal pula dengan "anggrek tebu". "Disebut dengan `anggrek tebu`, karena perawakannya yang mirip (tanaman) tebu," kata penanggung jawab Rumah Anggrek KRB, Eka Ratna kepada ANTARA News di Bogor, Kamis. Eka Ratna menjelaskan rumah anggrek memiliki koleksi beragam jenis anggrek, baik dari Indonesia maupun dari mancanegara. Koleksi tersebut antara lain berbagai macam spesies anggrek mulai dari "Phalaenopsis", "Dendrobium", "Coelogyne", "Cymbidium", "Vanda", "Spathoglotis", "Phaius", "Mokara", "Oncidium", dan "Caheya". Koleksi anggrek tersebut, katanya, ditanam di dua ruangan yaitu ruang hibrid dan ruang spesies. Di ruang hibrid sebagian jenis anggrek seperti "Phalaenopsis", "Dendrobium", "Cheya", "Ochidium", "Mokara", juga dapat dibeli masyarakat umum penggemar tanaman anggrek dengan kisaran harga mulai dari Rp20 ribu hingga Rp250 ribu. Dikemukakannya bahwa tanaman anggrek Bulan adalah jenis anggrek yang banyak diminati oleh pengunjung. "Bunga berwarna putih tersebut harganya Rp120 ribu per satu pot-nya," kata Eka sambil menambahkan bahwa jenis "Dendrobium" juga cukup banyak diminati oleh pembeli, dengan harga mulai Rp20 ribu rupiah hingga Rp70 ribu. Selain menjual anggrek, pihaknya juga menjual tanaman lainnya seperti "Anturium". Menurut dia, untuk merawat anggrek supaya tetap sehat harus disiram setiap harinya. Selain itu, perlu diberikan pupuk dan pestisida agar tumbuh subur. Air beras juga dapat digunakan sebagai pengganti pupuk tanaman anggrek yang dapat diberikan dua kali dalam seminggu. Dijelaskannya bahwa setiap jenis anggrek memiliki cara perawatan yang berbeda. Untuk anggrek Bulan misalnya, jenis ini membutuhkan tempat yang lembab dan teduh, sedangkan untuk jenis "Dendrobium", justru membutuhkan lebih banyak cahaya matahari. Jika tidak, maka tunasnya tak bisa tumbuh kokoh dan bagus. Medium anggrek juga berbeda dari tanaman lainya, yakni mediumnya tidak berupa tanah, tetapi berupa arang atau pakis cacah. Omset yang bisa didapat dari bisnis anggrek tersebut bisa mencapai Rp8 juta hingga 10 juta per bulannya, demikian Eka Ratna. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008