New York, (ANTARA News) - Harga minyak dunia "rebound" pada Rabu waktu setempat, atau Kamis pagi WIB, setelah laporan mingguan pemerintah AS memperlihatkan cadangan BBM secara mengejutkan turun tajam di tengah musim puncak permintaan. Kantor berita AFP melaporkan, harga minyak berbalik menguat kembali setelah merosot ke posisi terendah empat bulan pada Selasa, setelah Rusia mengumumkan penghentian operasi militernya di Georgia dan karena Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan permintaan minyak di negara-negara maju turun tajam. Kontrak utama minyak New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, naik kembali 2,99 dolar AS menjadi ditutup pada 116,00 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September naik 2,32 dolar AS menjadi mantap pada 113,47 dolar AS per barrel. Kenaikan harga terakhir terjadi setelah Departemen Energi AS (DoE) melaporkan cadangan bensin AS, atau bahan bakar minyak (BBM) telah turun 6,4 juta barrel dalam pekan yang berakhir 8 Agustus. Para analis telah memprediksi sebuah penurunan hanya 2,0 juta barrel. Cadangan bensin dipantau dengan cermat pada kali ini karena bertepatan liburan musim panas dimana banyak orang Amerika bepergian menggunakan kendaraan bermotor, yang seperti biasanya akan mendorong permintaan BBM naik. Namun demkian, beberapa analis mengatakan harga minyak kemungkinan akan terus turun, karena permintaan terutama di negara "lapar-minyak" AS, menyusut di tengah turunnya pertumbuhan ekonomi. "Selamat tinggal cerita bahwa permintaan minyak dan permintaan gas akan melambungkan lagi harga. Faktanya, lebih dari jelas, permintaan minyak sedang menurun. Kehancuran permintaan adalah kata kunci sebagai bukti kehancuran meresap di seluruh dunia," kata Phil Flynn, seorang pedagang dari firma perdagangan Alaron, dalam sebuah catatan pengarahannya. Para dealer mengatakan kecemasan gangguan pasokan telah mereda setelah Rusia dan Georgia menyepakai sebuah rencana perdamaian yang di perantarai Perancis, setelah beberapa hari peperangan di Georgia dan melepaskan Ossetia Selatan, Georgia lepas dari pusat konflik. Di samping menimbulkan korban sipil dan kerusakan ekonomi, konflik juga melemahkan pasar minyak, dan para pedagang memantau dengan cermat perkembangannya. Raksasa energi Inggris BP mengatakan pada Selasa, bahwa ia telah menutup saluran pipa minyak regional karena pertewmpuran tersebut, namun pasokan yang dialirkan dari Laut Kaspia ke pasar-pasar di Barat dialihkan ke jalur lainnya. Pada Selasa, IEA yang berbasis di paris mengatakan bahwa permintaan minyak di 30 ekonomi maju Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), kelompok negara maju, telah mengendur. "Kehancuran permintaan adalah sebuah bukti signifikan di AS dan OECD," kata Jason Feer, wakil presiden dan analis energi Argus Media. Harga minyak telah jatuh dramatis sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS sebulan lalu karena pasar mencemaskan melemahnya permintaan dan melambatnya ekonomi glonal. Namun, minyak mentah berjangka masih naik 15 persen sejak awal tahun, ketika menembus 100 dolar AS untuk pertama kalinya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008