Bintang Puspayoga itu memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, sekaligus kecerdasan sosial dan religius
Denpasar (ANTARA) - Gusti Ayu Bintang Darmawati (Bintang Puspayoga) menjadi salah satu wajah baru pengisi Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 yang telah diumumkan dan dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Istri dari Menteri Koperasi dan UKM pada Kabinet Kerja 2014-2019 Anak Agung Ngurah Puspayoga itu sebelumnya merupakan salah ASN di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar.
Masuknya Bintang Puspayoga dalam Kabinet Indonesia Maju, seakan menjadi kejutan bagi Bali karena namanya tidak termasuk dalam kandidat yang santer diwacanakan sebagai calon menteri dari Bali, bahkan dirinya juga bukan politisi PDI Perjuangan yang meraup suara mayoritas dalam Pemilu 2019 di Pulau Dewata.
Istri dari mantan Wakil Gubernur Bali itu pun baru mendatangi Istana sesaat menjelang pengumuman kabinet pada Rabu (23/10) pagi bersama rombongan calon menteri yang telah dipanggil ke Presiden Jokowi ke Istana pada Senin dan Selasa (21-22 Oktober 2019).
Baca juga: Bintang Puspayoga yakin persoalan perempuan dan anak bisa teratasi
Perempuan kelahiran Penatih, Kota Denpasar, pada 24 November 1968 itu tercatat sebagai PNS di Pemkot Denpasar sejak 24 Desember 2008. Kemudian menduduki posisi pertama sebagai Inspektur Pembantu Wilayah III pada Inspektorat Kota Denpasar sejak 31 Desember 2008.
Jabatan di birokrasi dari Bintang Puspayoga kemudian naik lagi ke eselon II b dengan posisi sebagai Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Pemerintah Kota Denpasar pada 21 Maret 2013.
Yang terakhir, Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Provinsi Bali itu terpilih menjadi Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asisten II) Setda Kota Denpasar sejak 29 Mei 2019 setelah menempati peringkat teratas dalam seleksi terbuka yang dilakukan tim seleksi saat itu.
Dalam seleksi terbuka saat itu, Bintang Puspayoga mengungguli pesaingnya I Wayan Budha (Camat Denpasar Selatan) dan I Ketut Gede Suaryadala (Kabid Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Denpasar).
"Kami 'angayu bagia' berterima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa karena putri terbaik Bali, khususnya Kota Denpasar, dipercaya Bapak Presiden sebagai salah satu menteri. Apalagi tatkala mendampingi Bapak Puspayoga, dengan menjadi Ketua PKK Kota Denpasar memang sangat intens dan konsen sekali dalam bidang pembangunan perempuan dan anak sehingga Kota Denpasar berhasil dijuluki sebagai Kota Layak Anak," kata Sekretaris Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Rai Iswara.
Dengan prestasi Bintang Puspayoga yang juga mencatatkan sejarah sebagai wanita pertama dari Bali yang menjadi menteri, menurut Rai Iswara, juga dapat menjadi catatan bagi para ASN untuk terus meningkatkan kualitas diri.
"Kalau sudah mempunyai talenta, dan juga bekerja keras, mau terus meningkatkan kualitas diri, sangat memungkinkan ASN mendapatkan posisi strategis hingga dipercaya menjadi menteri seperti Bu Bintang," katanya.
Maskot Kota Denpasar
Semua warga di Ibu Kota Provinsi Bali pastilah mengetahui Tari Sekar Jempiring dan Lagu Jempiring Putih yang menjadi maskot Kota Denpasar. Dalam berbagai kegiatan resmi pemerintahan maupun seni budaya di Kota Denpasar, Tari Sekar Jempiring kerap ditampilkan oleh anak-anak maupun kaum remaja putri.
Nama Bintang Puspayoga yang jebolan S2 Kajian Budaya, Universitas Udayana itu juga nampaknya sudah melekat ke dalam dua maskot Kota Denpasar itu. Betapa tidak, karena saat menjadi pendamping Anak Agung Ngurah Puspayoga ketika menjadi Wali Kota Denpasar, dirinya menciptakan maskot tersebut dengan mengkolaborasikan pemikirannya bersama seniman di Kota Denpasar.
"Bintang Puspayoga itu memiliki tiga dimensi kecerdasan, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, sekaligus kecerdasan sosial dan religius," kata Rai Iswara.
Menurut dia, salah satu implementasi kecerdasan intelektual dari atlet tenis meja Bali itu diantaranya dengan menciptakan maskot Kota Denpasar berupa Tari Sekar Jempiring dan Lagu Jempiring Putih.
Baca juga: Istri mantan Menkop Puspayoga dikabarkan bakal jadi Menteri PPPA
Kecerdasan intelektual berikutnya juga ditunjukkan ketika menjadi Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Pemerintah Kota Denpasar dengan usulannya untuk membuat kartu Guna Sewaka Dharma yang sekaligus bisa dimanfaatkan untuk layanan ketenagakerjaan, kesehatan dan pendidikan dalam satu kartu.
"Mengenai kecerdasan emosi, Bintang tahu menempatkan diri, kapan harus senyum, kapan harus tegas, kapan sebagai istri menteri, kapan sebagai stafnya Sekretaris Daerah. Beliau paham itu sehingga kami bangga dengan kecerdasan emosinya yang terbingkai dengan baik," ucapnya.
Untuk kecerdasan sosial spiritual, Bintang juga aktif dalam kegiatan sosial seperti menjadi Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Provinsi Bali dan sempat menjabat sebagai Ketua Pengurus Provinsi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMS) Bali.
Bintang pun aktif di beberapa organisasi. Sebagai istri Menteri Puspayoga, Bintang menjabat sebagai Dewan Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Koperasi dan UKM.
Selain itu, dia menjabat sebagai Ketua Bidang Manajemen Usaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Ketua Bidang II Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Ketua Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga Besar Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja.
Pada pertengahan September 2019, Bintang meluncurkan buku "Sinergi untuk Negeri", yang merangkum perannya selama lima tahun menjalankan tugas di sejumlah organisasi.
"Jadi, dalam pengamatannya saya, kecerdasan Bintang Puspayoga relatif lengkap. Mudah-mudahan diberikan jalan terbaik sehingga nantinya bisa mengkoordinasikan dan mengomunikasikan dengan jajaran di Kementerian PPA untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya," ucap Rai Iswara.
Pemerintah Kota Denpasar berharap Bintang Puspayoga cepat menyesuaikan diri dengan tugas barunya sehingga sesuai harapan Presiden agar para menteri melaksanakan tugas dengan cepat dan tepat bisa terwujud.
Meskipun dari Denpasar, pihaknya mempercayai Bintang tidak akan selalu berkutat memikirkan Denpasar saja karena sekarang sudah menjadi milik nasional, jadi harus memiliki pola pikir nasional.
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019