Purwakarta (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Purwakarta mengecam pernyataan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, yang disampaikan pada acara Pengajian Bale Paseban, di Pendopo Purwakarta, Jawa Tengah, pada 7 Agustus 2008, yang dinilai menyejajarkan eksistensi kotab suci Al Quran dengan alat musik suling.
Juru Bicara MUI Purwakarta, KH Abdullah AR Joban, pada Rabu mengatakan bahwa Dedi Mulyadi terkesan telah menganggap teks Al Quran itu hanya sebatas tekstual, dan bukan hal yang substantif. Atas hal tersebut, ia menilai, Dedi telah melakukan penistaan agama Islam.
"Ini persoalan serius. Jika dibiarkan, maka kami khawatir akan terjadi keresahan di kalangan umat. Jadi, kalau bupati tidak segera meminta maaf, maka kami akan melaporkan tindakannya itu ke aparat kepolisian," katanya, kepada wartawan di Purwakarta.
Ia mengemukakan, dalam waktu dekat ini pihaknya akan melayangkan surat ke Kejaksaan Negeri Purwakarta, Pengadilan Negeri, dan Pemkab Purwakarta, terkait dengan pernyataan Dedi Mulyadi itu.
Beberapa waktu sebelum menyampaikan kecaman tersebut, MUI terlebih dahulu menggelar rapat di Gedung Dakwah, membahas tentang pernyataan Dedi Mulyadi dalam acara Pengajian Bale Paseban yang dinilai kontroversial.
Rapat itu dihadiri para ulama dan sejumlah Ormas Islam di sekitar Purwakarta.
Dikatakannya, MUI Purwakarta tidak akan meminta Dedi menglarifikasi pernyataan yang telah disampaikan dalam acara Pengajian Bale Paseban, karena apa yang telah disampaikan Dedi dinilai sudah cukup jelas mengandung penistaan agama Islam.
Dengan demikian, ia mendesak Dedi segera meminta maaf kepada umat Islam di Purwakarta.
Ia juga menegaskan, agar Dedi segera membaca ulang kalimat syahadat karena dinilai telah melakukan pendangkalan dan penistaan agama Islam.
Saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Dedi Mulyadi mengatakan, tidak perlu diminta untuk bersyahadat pun, dirinya mengaku selalu membaca syahadat setiap hari.
Dikatakannya, pernyataan yang disampaikan dalam acara Pengajian Bale Paseban tersebut merupakan bagian dari kekhilafan dari lemahnya pemahaman agama yang dimiliki.
Atas hal itu, ia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh umat Islam di Purwakarta.
"Saya meminta maaf kepada umat Islam di Purwakarta. Itu memang kekhilafan saya. Saya tidak bermaksud menyejajarkan eksistensi Alquran dengan alat musik suling. Itu hanya perbedaan interpretasi dan pemahaman saja. Saya tidak mau berargumen lebih jauh, dan saya tak ingin berdebat," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008
Mbok ya kalau marah itu terukur dan nggak brutal. Malu sama tetangga dong....
Nilai luhur dan kesucian Al Qur\'an tidak akan ternoda hanya karena ucapan seorang bupati