Bengkulu (ANTARA News) - Sekitar 1.000 warga masyarakat dari 66 desa dari lima kecamatan di Kabupaten Bengkulu Selatan akan menggelar KOngres Adat dan Pentas Budaya untuk menyambut HUT Proklamasi RI ke 63. Kegiatan yang digagas pemuda dan tokoh adat masyarakat setempat itu bertujuan menggali kembali kearifan lokal sekaligus semangat perjuangan para pahlawan kemerdekaan, kata Ketua Himpunan Mahasiswa Pino Raya Jerly Biterfin kepada ANTARA News di Bengkulu, Rabu. Jerly mengatakan, Kongres Adat akan membahas tujuh hal yang merupakan kearifan lokal dan selama ini dilupakan masyarakat, yaitu hukum agraria, hukum tatanan sosial, hukum tata bahasa, hukum tata majelis, hukum pernikahan, hukum seni budaya dan bentuk lembaga dan posisinya dalam pemerintahan. "Pada zaman Kerajaan Pagaruyung di Padang Sumatera Barat ada tiga raja yang memimpin daerah ini yaitu Raja Mangku Alam, Lempar Alam, dan Inang Sari dan semua hukum ini diterapkan. Ini yang akan kita coba gali kembali dan menjadi rekomendasi dari Kongres Adat ini untuk dijadikan kebijakan di tingkat pemerintahan," katanya. Kegiatan ini dilatarbelakangi kondisi tidak diakuinya adat sebagai sebuah tatanan sosial masyarakat, hal ini sebagai bentuk upaya untuk melucuti kemerdekaan bangsa-bangsa dalam wilayah pemerintahan Republik Indonesia. Selama ini NKRI hanya dipandang dan dijadikan sebagai kumpulan daerah-daerah bekas jajahan Belanda dan dipertahankan dalam bentuk republik untuk menjamin kepatuhan suku-suku dalam aturan kolonial. "Bangsa ini baru melalui proses proklamasi dari jajahan teritorial, menjadi wilayah merdeka. tetapi terkendalikan oleh kepentingan asing," kata Jerly yang juga Ketua BEM STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu ini. Sementara untuk pentas budaya akan diselenggarakan tari piring 1.000 yang melibatkan 500 penari. Para penari ini merupakan perwakilan dari 21 desa yang ada di kecamatan tersebut. Ditampilkan juga 21 pasangan pengantin dari masing-masing desa lengkap dengan pakaian adat. "Tarian ini akan diiringi alat musik lokal yaitu `Redap` sejenis rebana dan alat musik mirip biola yang saya lupa namanya. Kolaborasi alat musik ini akan memainkan lagu daerah untuk mengiringi tari piring 1.000 itu," jelasnya. Teknisnya, setelah pentas seni budaya akan dilangsungkan Kongres Adat yang menghasilkan beberapa rekomendasi, harapannya rekomendasi ini akan menjadi Peraturan Daerah (Perda) di tingkat kabupaten.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008