Medan, (ANTARA News) - Keberadaan orangutan semakin terancam akibat hutan yang merupakan habitat aslinya berubah menjadi perkebunan.
"Kondisi ini harus menjadi perhatian yang serius dari berbagai pihak terutama pemerintah, karena jika hutan habis populasi orangutan juga dikhawatirkan akan punah," kata Founding Director Sumatran Orangutan Society-Orangutan Information Centre (SOS-OIC), Panut Hadisiswoyo, di Medan, Rabu,
Ia mengatakan, penebangan hutan di Indonesia tercatat paling tinggi di dunia, yakni sekitar enam kali lapangan bola kaki setiap menitnya. Diperkirakan dalam waktu 10 tahun ke depan setengah kawasan hutan yang ada saat ini akan hilang.
"Itu tentunya juga akan berdampak langsung pada orangutan yang saat ini saja sudah masuk spesies terancam punah," katanya.
Atas dasar itulah, kata dia, SOS-OIC sebagai lembaga yang fokus pada penyadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup, didukung oleh ESP USAID, membuat program "small grant" yang telah dua kali dikerjakan dengan model yang berbeda.
Program tersebut terfokus pada pembinaan masyarakat dan pelajar dengan menanam pohon di lahan desa yang kosong di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan. Pohon itu akan dirawat dan hanya boleh ditebang pada umur yang tepat.
Ia menuturkan, saat ini ada sebanyak 40 orang siswa tiap sekolah dibina dalam kegiatan pembibitan, pembuatan kompos dan kegiatan lingkungan lainnya.
"Rumah pembibitan juga akan dibangun untuk mendukung pelatihan para pelajar itu, yang nantinya dikenal dengan nama `green group`," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, program "Small grant" tersebut sedang berjalan di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, yang dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008