Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu sore, naik 11 poin menjadi Rp9.167/9.170 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.178/9.190, karena pelaku pasar masih membeli rupiah. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta mengatakan, pasar masih positif terhadap rupiah, sehingga mata uang Indonesia bisa bergerak naik, setelah dua hari lalu terpuruk. Posisi rupiah yang berkisar antara Rp9.150 sampai Rp9.175 per dolar AS dinilai sangat bagus yang menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia tetap baik, katanya. Rupiah sebelumnya sempat terpuruk hingga melewati angka Rp9.200 per dolar AS, akibat merosotnya harga minyak mentah dunia yang mendorong pelaku asing membeli dolar AS dan diikuti oleh pelaku lokal. Apalagi ada laporan bahwa AS mengalami penurunan defisit yang menunjukkan bahwa ekonomi AS tidak seburuk yang diperkirakan, meski penurunan defisit AS itu karena berkurangnya impor AS seiring dengan melemahnya permintaan di dalam negeri. Kondisi tersebut memicu pelaku lokal saat itu cenderung membeli dolar AS, sehingga mata uang asing itu menguat tajam, ucapnya. Namun, katanya, koreksi terhadap rupiah tidak berlangsung lama, karena investasi asing di dalam negeri meningkat dan didukung oleh menguat bunga BI Rate oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 9,00 persen. Kenaikan bunga BI rate dan laju inflasi 2008 yang cenderung menurun memicu pelaku asing lebih aktif menginvestasikan di pasar domestik, karena memberikan gain yang lebih besar, katanya. "Kami optimis rupiah pada hari berikut akan tetap menguat yang dipicu oleh sentimen positif pasar yang tetap tinggi," katanya. Rupiah, lanjut dia, pada hari berikutnya akan dapat mendekati angka Rp9.150 per dolar AS bahkan Rp9.100 per dolar AS, setelah investor asing dari Australia berencana mendirikan pabrik ammoniak nitrate di Bontang dengan nilai investasi 550 juta dolar AS. Investasi sebesar itu merupakan yang terbesar dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin cepat tumbuh, ucapnya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008