Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memperkirakan kondisi perekonomian nasional tahun 2009 akan lebih baik dibanding 2008 karena berbagai alasan seperti perekonomian dunia dan pasar yang membaik dibanding 2008."Kondisi 2009 juga akan lebih baik karena kita sudah punya basis penerimaan pajak yang lebih kuat dari sebelumnya," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu (BKF) Anggito Abimanyu usai rapat pimpinan eselon I Depkeu di Jakarta, Rabu. Menurut dia, pertumbuhan penerimaan pajak saat ini antara lain karena perbaikan administrasi perpajakan, law enforcement, benchmarking, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan. "Dalam waktu dekat kita juga akan memiliki UU PPh yang baru menyusul UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), tahun ini juga diharapkan dapat diselesaikan pembahasan RUU tentang PPN dan PPnBM," katanya. Menurut dia, berbagai perangkat itu akan memperkuat basis basis pajak pada 2009 dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga penerimaan pajak akan lebih kuat. Mengenai kinerja APBN 2008, Anggito mengatakan, hingga saat ini cukup baik. Dari sisi penerimaan perpajakan, hingga 31 Juli 2008, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp357,8 triliun atau mencapai 58,7 persen dari target APBNP 2008. "Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan 31 Juli 2008 itu mengalami pertumbuhan sebesar 46,4 persen (yoy) dibandingkan tahun 2007," katanya. Pemerintah memperkirakan penerimaan perpajakan hingga akhir Desember 2008 dapat melebihi target yang ditetapkan dalam APBNP 2008. Dari sisi belanja negara, hingga 31 Juli 2008, realisasi daya serap anggaran belanja 2008 mencapai sebesar 36,7 persen, sementara pada periode yang sama tahun 2007 sebesar 36,6 persen. Peningkatan realisasi belanja negara itu karena peningkatan daya serap belanja pusat di hampir semua jenis belanja. Hingga 31 Juli 2008, belanja pusat mencapai 44,5 persen dibanding tahun sebelumnya 34,6 persen. "Realisasi belanja daerah hingga 31 Juli 2008 mencapai 48,5 persen atau lebih rendag dibanding tahun 2007 sebesar 51 persen. Ini karena rendahnya realisasi transfer ke daerah karena adanya perubahan mekanisme pencairan DAU," jelas Anggito. Dari sisi pembiayaan, realisasinya hingga 31 Juli 2008 mencapai 71 persen dari outlook yang ditetapkan oleh pemerintah. Komposisi realisasi pembiayaan itu adalah penerbitan SUN gross per 31 Juli 2008 sebesar Rp115 triliun atau sekitar 74 persen dari rencana. Sementara itu penjualan aset melalui PPA sebesar Rp0,8 triliun atau sekitar 21 persen dari outlook, pinjaman program sebesar Rp3,8 triliun (14,9 persen dari rencana), privatisasi Rp0,1 triliun (20 persen), dan rekening dana investasi (RDI) sebesar Rp3,5 triliun (40,7 persen dari outlook). "Berdasarkan berbagai perkembangan itu, disimpulkan secara umum perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN 2008 hingga 31 Juli 2008 mengalami peningkatan. Ini diharapkan meningkatkan kepercayaan yang lebih optimis untuk menjalani sisa 5 bulan tahun 2008 ini," kata Anggito. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008