Jakarta (ANTARA) - Karangan bunga sudah mulai berdatangan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto untuk mengucapkan selamat kepada Dr. dr Terawan Agus Putranto yang baru saja dilantik sebagai Menteri Kesehatan RI.
"Itu sudah muncul dari kemarin sejak dipanggil ke Istana. Mungkin nanti bakal ada lagi," ujar Armad, salah satu penjaga yang berada di lobi utama RSPAD Gatot Subroto, Jakarta pada Rabu .
Baca juga: Dr Terawan calon Menkes yang sudah berbekal inovasi
Berdasarkan pantauan Antara, karangan bunga sudah berjejer di lobi RSPAD Gatot Subroto, beberapa berasal dari perusahaan farmasi seperti Kimia Farma dan Phapros.
Dr Terawan resmi dilantik menjadi Menteri Kesehatan RI dalam upacara pelantikan yang diadakan di Istana Negara pada Rabu pagi, menggantikan Nila Moeloek.
Sebelum menjadi Menteri Kesehatan, beliau menjabat sebagai dokter kepresidenan yang sebelumnya pernah merawat mendiang Ani Yudhoyono.
Dokter asal Yogyakarta itu juga menjabat sebagai Kepala RSPAD Gatot Subroto, meski dia mengatakan akan mengundurkan diri jabatan tersebut dan pensiun sebagai anggota TNI ketika diangkat sebagai Menteri Kesehatan.
Baca juga: Apjati siap bekerja sama dengan menteri ketenagakerjaan baru
“Saya tinggal semua, saya harus fokus untuk membantu Bapak Presiden dalam kabinet ini sehingga visi misi beliau bisa tercapai dengan baik,” kata Terawan di Istana Kepresidenan pada Selasa (22/10) malam.
Namanya sempat mencuat di kalangan publik lantaran inovasinya tentang metode "cuci otak" yang telah terbukti menyembuhkan banyak pasien stroke.
Metode "cuci otak" yang mulai diperkenalkan sejak 2004 dan banyak dilakukan sejak 2011 tersebut sebenarnya merupakan salah satu metode bernama digital subtraction angiography (SDA) yang tujuannya mendiagnostik dan mengevaluasi pembuluh darah otak sehingga bisa diketahui penyakit dari pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.
Tapi Terawan menggunakannya sebagai metode pengobatan stroke dengan memasukkan obat heparin dalam proses SDA yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Meskipun metode "cuci otak" itu telah diuji dalam disertasi dr Terawan di Universitas Hasanuddin Makassar pada 2016, beberapa pakar menilai metode itu masih butuh kajian secara ilmiah lebih mendalam.
Baca juga: SPSI Babel berharap Ida Fauziyah lebih responsif
Baca juga: KSBSI harap Menaker Ida lakukan konsolidasi dengan serikat buruh
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019