Yang berkaitan dengan petani, dengan pangan, dengan mengkorporasikan petani, meningkatkan produktivitas pertanian, berada di bawah Pak Syahrul Yasin Limpo
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menunjuk Syahrul Yasin Limpo sebagai Menteri Pertanian dalam kabinet baru, Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Dalam pengumuman kabinet baru di Istana Merdeka Jakarta, Rabu, Syahrul Yasin Limpo menjabat Menteri Pertanian menggantikan Andi Amran Sulaiman yang menduduki posisi sebelumnya pada 2014-2019.
"Yang berkaitan dengan petani, dengan pangan, dengan mengkorporasikan petani, meningkatkan produktivitas pertanian, berada di bawah Pak Syahrul Yasin Limpo," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya pada Selasa (22/10), mantan gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengaku diminta Presiden Joko Widodo untuk mengurus kebutuhan di bidang pertanian.
Pertemuan Syahrul Yasin Limpo dengan Presiden Jokowi berlangsung sekitar 1,5 jam. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem itu mengaku siap mengemban tugasnya di sektor pangan dan pertanian.
"Bagaimana membuat agar 267 juta jiwa (rakyat Indonesia) itu kita bisa jamin agar mereka besok kehidupan lebih baik lebih damai tenteram teratur dan terpenuhi kebutuhan dasarnya lebih khusus di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan lain sebagainya," kata Syahrul di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/10).
Baca juga: Presiden umumkan nama-nama Kabinet Indonesia Maju
Rekam jejak Syahrul Yasin Limpo sebagai birokrat juga dinilai telah mumpuni. Karirnya sebagai kepala daerah dimulai ketika menjabat Bupati Gowa, Sulawesi Selatan, selama dua periode berturut-turut pada 1994-2002.
Kemudian, ia menjabat Wakil Gubernur Sulawesi Selatan selama satu periode mendampingi Amin Syam pada 2003-2008. Pada kontestasi berikutnya, Syahrul Yasin Limpo berhasil mengumpulkan suara terbanyak pada Pilkada Sulsel tahun 2007, mengalahkan petahana sebelumnya.
Bersama pasangannya Agus Arifin Nu'mang, Syahrul Yasin Limpo sukses memegang jabatan Gubernur Sulsel selama dua periode berturut-turut pada 2008-2018. Suami dari Ayunsri Harahap itu menuturkan tidak kurang dari 25 tahun berpengalaman merintis di pemerintahan mulai dari lurah, camat hingga kepala daerah.
Baca juga: Profil Syahrul Yasin Limpo, mantan gubernur calon menteri Jokowi
Syahrul merupakan anak kedua dari Kol. (Purn) H.M. Yasin Daeng Limpo dan Nurhayati. Klan atau Keluarga Limpo dikenal memegang banyak posisi penting di bidang pemerintahan dan politik di Sulawesi Selatan. Yasin Limpo Senior selain sebagai tokoh pejuang kemerdekaan yang menentang pemerintahan Hindia Belanda di Sulawesi Selatan, juga turut menjadi pendiri partai Golkar di Sulsel.
Karir berpolitik ini tidak hanya mengalir kepada Syahrul Yasin Limpo, tetapi juga sang adik, Alm. Ichsan Yasin Limpo, yang pernah menjabat Bupati Gowa selama dua periode berturut-turut tahun 2005-2015.
Ada pun Syahrul Yasin Limpo mengenyam pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar kelulusan Tahun 1983, kemudian ayah tiga anak tersebut melanjutkan program Pasca Sarjana S2 di LAN Tahun 1999 dan Universitas Hasanuddin Tahun 2004. Gelar doktor pun ia peroleh dari universitas tanah kelahirannya, Universitas Hasanuddin Tahun 2008.
Urusan pertanian juga bukan hal baru bagi putra kedua dari pasangan H.M. Yasin Daeng Limpo dan Nurhayati ini. Pada tahun pertamanya menjadi Gubernur, Syahrul menargetkan peningkatan posisi Sulawesi Selatan sebagai provinsi penyangga beras untuk kebutuhan nasional.
Target produksi padi pada 2008 sebanyak 4.042.471 ton gabah kering giling (GKG) yang didukung luas lahan sekitar 792.641 ha dengan tingkat produktivitas 51,00 kuintal/ha. Sementara itu, target tanam padi untuk musim tanam 2009 seluas 868.411 ha dengan sasaran produksi 5.084.323 ton GKG dengan produktivitas 58,55 kwintal/ha
Pada 2009, pergerakan ekonomi Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan sekitar 7, 8 persen, atau terbaik yang pernah dicapai provinsi tersebut kala itu, dari sebelumnya sekitar 7,4 persen.
Hal ini dipicu dengan surplusnya produksi jagung mencapai 1,5 juta ton, bahkan Sulsel saat itu mampu mengekspor sekitar 8.000 ton jagung ke Malaysia dan Filipina.
Tantangannya sebagai Menteri Pertanian dalam kabinet baru tidak hanya menggenjot produksi saja, tetapi juga mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor komoditas strategis, seperti beras, jagung, daging, gula dan gandum.
Menteri Pertanian pada periode sebelumnya, Amran Sulaiman, berharap ada tiga program di Kementerian Pertanian untuk tetap dilanjutkan oleh pejabat menteri pada periode berikutnya 2019-2024.
Ketiga program utama tersebut meliputi optimalisasi pengembangan lahan rawa dan lebak, optimalisasi lahan tadah hujan yang didukung dengan sistem irigasi dan penggunaan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan bakar campuran solar sebanyak 30 persen dalam program mandatori B30.
Baca juga: Istana: Presiden dibantu 7 asisten susun kabinet pemerintahan
Baca juga: Rupiah masih menguat jelang pengumuman kabinet baru
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019