Intinya kita harus bisa menjadi kebutuhan 267 juta jiwa itu kebutuhan dasar terhadap makan, perdamaian dan lain sebagainya.
Jakarta (ANTARA) - Mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menjadi politisi selanjutnya yang mendatangi Istana Negara pada Selasa (22/10) guna memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo. Namanya disebut akan masuk dalam jajaran menteri kabinet Presiden Jokowi periode 2019-2024.
Seperti calon-calon menteri sebelumnya yang memenuhi panggilan Kepala Negara, Syahrul Yasin Limpo yang merupakan politisi Partai Nasdem itu mengenakan kemeja putih dan tiba di Istana Kepresidenan sekitar pukul 09.30 WIB.
Setelah Airlangga Hartato, Prabowo Subianto dan Edhy Prabowo yang dipanggil Presiden pada Senin (21/10), Syahrul menjadi politisi berikutnya yang dikabarkan mengisi jabatan menteri. Politisi lainnya yang memenuhi panggilan ke Istana pada Selasa sejauh ini Agus Gumiwang, Juliari Batubara, Siti Nurbaya, Ida Fauziyah, dan Suharso Monoarfa.
Pertemuan Syahrul Yasin Limpo dengan Presiden Jokowi berlangsung sekitar 1,5 jam. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem itu mengaku diminta Presiden untuk mengurus kebutuhan di bidang pertanian.
Meski tidak secara gamblang menyatakan jabatan yang ditawari, pria berusia 64 tahun kelahiran Ngawing, Makassar 16 Maret, itu disebut-sebut akan mengisi posisi Menteri Pertanian.
Hal itu ditegaskan dalam pernyataannya kepada awak media terkait strategi untuk memenuhi kebutuhan dasar 267 juta jiwa rakyat Indonesia di bidang pertanian, perkebunan dan lain sebagainya.
Baca juga: Lima tahun Jokowi-JK menuju kemandirian pangan
Rekam jejak Syahrul Yasin Limpo sebagai birokrat juga dinilai telah mumpuni. Karirnya sebagai kepala daerah dimulai ketika menjabat Bupati Gowa, Sulawesi Selatan, selama dua periode berturut-turut pada 1994-2002.
Kemudian, ia menjabat Wakil Gubernur Sulawesi Selatan selama satu periode mendampingi Amin Syam pada 2003-2008. Pada kontestasi berikutnya, Syahrul Yasin Limpo berhasil mengumpulkan suara terbanyak pada Pilkada Sulsel tahun 2007, mengalakan petahana sebelumnya.
Bersama pasangannya Agus Arifin Nu'mang, Syahrul Yasin Limpo sukses memegang jabatan Gubernur Sulsel selama dua periode berturut-turut pada 2008-2018. Suami dari Ayunsri Harahap itu menuturkan tidak kurang dari 25 tahun berpengalaman merintis di pemerintahan mulai dari lurah, camat hingga kepala daerah.
Di dunia politik, nama Syahrul Yasin Limpo juga tercatat telah malang-melintang ke sejumlah partai besar, dimulai dari Partai Golkar pada 1994-2007, PDI-Perjuangan tahun 2007-2009, kemudian kembali ke Partai Golkar 2009-2018 dan 2018 hingga sekarang bergabung di Partai Nasdem.
Baca juga: Syahrul Limpo sudah izin Surya Paloh untuk temui Presiden Jokowi
Syahrul merupakan anak kedua dari Kol. (Purn) H.M. Yasin Daeng Limpo dan Nurhayati. Klan atau Keluarga Limpo dikenal memegang banyak posisi penting di bidang pemerintahan dan politik di Sulawesi Selatan. Yasin Limpo Senior selain sebagai tokoh pejuang kemerdekaan yang menentang pemerintahan Hindia Belanda di Sulawesi Selatan, juga turut menjadi pendiri partai Golkar di Sulsel.
Karir berpolitik ini tidak hanya mengalir kepada Syahrul Yasin Limpo, tetapi juga sang adik, Alm. Ichsan Yasin Limpo, yang pernah menjabat Bupati Gowa selama dua periode berturut-turut tahun 2005--2015.
Ada pun Syahrul Yasin Limpo mengenyam pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar kelulusan Tahun 1983, kemudian ayah tiga anak tersebut melanjutkan program Pasca Sarjana S2 di LAN Tahun 1999 dan Universitas Hasanuddin Tahun 2004. Gelar doktor pun ia peroleh dari universitas tanah kelahirannya, Universitas Hasanuddin Tahun 2008.
Baca juga: Syahrul Limpo diminta mengurus bidang pertanian
Kapabilitas di pertanian
Meski kabar sebagai Menteri Pertanian masih simpang-siur, Syahrul Yasin Limpo mengaku siap melaksanakan tugas yang diminta Presiden Jokowi serta mampu mengurus isu pertanian dalam skala nasional.
"Intinya kita harus bisa menjadi kebutuhan 267 juta jiwa itu kebutuhan dasar terhadap makan, perdamaian dan lain sebagainya. Intinya kita akan kerja lebih baik lagi seperti apa yang telah saya lakukan," ungkap Syahrul saat hendak meninggalkan Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Sebagai informasi, pada tahun pertamanya menjadi Gubernur, Syahrul menargetkan peningkatan posisi Sulawesi Selatan sebagai provinsi penyangga beras untuk kebutuhan nasional. Target produksi padi pada 2008 sebanyak 4.042.471 ton gabah kering giling (GKG) yang didukung luas lahan sekitar 792.641 ha dengan tingkat produktivitas 51,00 kuintal/ha.
Sementara itu, target tanam padi untuk musim tanam 2009 seluas 868.411 ha dengan sasaran produksi 5.084.323 ton GKG dengan produktivitas 58,55 kwintal/ha
Pada tahun 2009, pergerakan ekonomi Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan sekitar 7, 8 persen, atau terbaik yang pernah dicapai provinsi tersebut kala itu, dari sebelumnya sekitar 7,4 persen.
Hal ini dipicu dengan surplusnya produksi jagung mencapai 1,5 juta ton, bahkan Sulsel saat itu mampu mengekspor sekitar 8.000 ton jagung ke Malaysia dan Filipina.
Baca juga: Anggota DPR harapkan Mentan baru wujudkan swasembada pangan
Tantangannya sebagai Menteri Pertanian tidak hanya menggenjot produksi saja, tetapi juga mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor komoditas strategis, seperti beras, jagung, daging, gula dan gandum.
Menteri Pertanian pada periode sebelumnya, Amran Sulaiman, berharap ada tiga program di Kementerian Pertanian untuk tetap dilanjutkan oleh pejabat menteri pada periode berikutnya 2019-2024.
Ketiga program utama tersebut meliputi optimalisasi pengembangan lahan rawa dan lebak, optimalisasi lahan tadah hujan yang didukung dengan sistem irigasi dan penggunaan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan bakar campuran solar sebanyak 30 persen dalam program mandatori B30.
Baca juga: Anggota DPR ingin pemerintah tekan inflasi pangan
Baca juga: Cegah potensi gejolak harga beras di penghujung tahun
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019