"Saya sudah sampaikan kepada pengurus pondok pesantren dan santri jangan merasa minder harus tetap maju dalam menghadapi globalisasi dan era 4.0," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Zaini tersebut, para santri harus berani dan menjadi garda terdepan dalam menghadapi perkembangan zaman terutama revolusi industri 4.0.
"Ini baru di tahap 4.0 namun ke depan santri harus lebih siap lagi menghadapi tantangan seperti di negara lain yaitu 5.0," ujar dia.
Baca juga: DPP IPI: Hari Santri lahir dari resolusi jihad
Pondok pesantren yang ada di Indonesia saat ini juga telah mendirikan 'pesantren entrepreneurs' pesantren digital dan lain sebagainya. Bahkan di beberapa daerah sudah ada melahirkan 'startup' atau perusahaan rintisan.
"Contohnya Smarty Indonesia yang merupakan startup milik salah satu pondok pesantren," katanya.
Adanya 'pesantren entrepreneurs' 'pesantren digital' hingga perusahaan rintisan tadi merupakan salah satu bukti para santri di Tanah Air tidak ingin tertinggal dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
Senada dengan itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj meminta santri pada era Revolusi Industri 4.0 jangan kehilangan diri yang berakhlak yang baik, hormat kepada kiai, dan menjaga metode dakwah Walisongo.
"Santri juga harus kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik, sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik," kata dia.
Ia mengatakan pribadi santri disatukan dalam dasar dan prinsip perjuangan, latar belakang sejarah, dan tujuan. Dasar perjuangan santri adalah memperjuangkan tegak lestarinya ajaran Islam "ahlussunnah waljama’ah" yaitu Islam bermazhab.
Baca juga: Pengamat: Santri miliki kapasitas duta perdamaian
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019