Serang (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Meuthia Hatta mengatakan, dirinya siap dicalonkan menjadi Presiden pada 2009 jika rakyat dan partainya mempercayainya atau menghendaki."Jika partai dan rakyat percaya dan menghendaki, saya siap dicalonkan," katanya sebelum acara pengukuhan Dewan Pengurus Provinsi dan Kabupaten Kota PKPI se-Provinsi Banten di Serang, Senin malam.Namun demikian, kata dia, saat ini ia akan lebih berkonsentrasi pada partainya supaya lolos syarat minimal "electoral threshold" dengan target suara 7 juta pada pemilu 2009 nanti. Setelah itu, kata dia, baru akan berpikir untuk kelanjutannya.Meuthia, yang juga Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, optimistis PKPI akan memperoleh dukungan lebih dari itu. Sehingga, ia meminta seluruh kader PKPI mensosialisasikan partai nomor urut tujuh tersebut kepada seluruh lapisan masyarakat. Ia juga mengajak kepada seluruh kadernya, mendorong masyarakat agar tidak golput pada pemilu 2009. Sebab, cita-cita baik untuk membangun bangsa tidak akan tersalurkan dengan golput atau tidak melaksanakan hak pilih. Golput juga bisa disebabkan karena keteledoran warga, untuk itu perlu diingatkan. Meuthia Hatta mengatakan, meskipun PKPI menargetkan minimal perolehan suara 7 juta suara, namun ia berharap dukungan yang diperoleh lebih maksimal dan sebanyak-banyaknya. Selain itu, PKPI juga sangat komit dengan kuota 30 persen perempuan di legislatif sebagai amanat undang-undang yang harus dipatuhi. "PKPI harus menjadi partai yang memberi solusi, dengan cara berfikir dengan otak, bukan dengan otot," katanya. Meuthia juga mengatakan, partainya menawarkan pada masyarakat keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan. Menurutnya, PKPI partai yang harus selalu menjaga keadilan dan persatuan, kader PKPI harus bisa membangun bangsa bukan meminta kepada bangsa. Pengukuhan Dewan Pengurus Provinsi dan Kabupaten Kota PKPI se-Provinsi Banten di Serang tersebut dihadiri ratusan kader dan simpatisan PKPI se- Provinsi Banten.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008