Paradigma Pemerintah Provinsi NTB saat ini adalah ramah investasi dan bisnisMataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menjajaki peluang kerja sama dengan Pemerintah Denmark untuk bisa mengadopsi pengembangan teknologi energi terbarukan dan pengelolaan sampah dari negara itu.
"Paradigma Pemerintah Provinsi NTB saat ini adalah ramah investasi dan bisnis. Kami sangat terbuka dengan setiap langkah kerja sama dan penanaman modal atau investasi dari manapun, baik domestik maupun internasional, swasta maupun institusi negara. Kami mengajak Denmark untuk ikut meramaikan investasi dan kerja sama berbagai bidang yang saling menguntungkan di NTB," kata Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah dalam keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Selasa.
Penjajakan kerja sama antara Pemerintah Provinsi NTB dengan Pemerintah Denmark ini dilakukan Gubernur NTB Zulkieflimansyah saat bertemu Duta Besar Kerajaan Denmark untuk Indonesia, Rasmus A Kristensen di rumah dinas Dubes Denmark di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/10).
Baca juga: Energi terbarukan sumbang 85 persen pasokan secara global pada 2040
Menurut Doktor Zul, sapaan akrabnya, portofolio Denmark di bidang teknologi pengembangan energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu, cocok dengan kondisi lahan di NTB, baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa. Begitu juga dengan yang lain, misalnya tenaga surya ataupun biomass.
"Dua pulau besar NTB, Lombok dan Sumbawa punya potensi besar untuk investasi di bidang pengembangan energi terbarukan, misalnya pembangkit listrik tenaga angin yang sudah maju di Denmark," katanya.
Untuk pembangkit listrik tenaga surya, NTB sudah punya tiga PLTS di Sengkol, Selong dan Pringgabaya yang masing-masing berkapasitas 7 MWp atau totalnya 21 MWp.
"Sementara untuk biomass, NTB punya ladang Jagung yang produksinya mencapai lebih dari dua juta ton berdasar data 2018 lalu," jelasnya.
Sementara untuk kebijakan Zero Waste atau bebas sampah, Doktor Zul mengaku tertarik dengan Denmark karena negara kerajaan itu sudah punya punya undang-undang perlindungan lingkungan sejak tahun 1973.
Dengan teknologi Zero Waste management yang sudah dikembangkan oleh Denmark selama puluhan tahun itu, ia yakin bisa diadopsi dan dikembangkan sesuai kondisi di NTB.
"Kami sediakan segala infrastrukturnya, mulai dari lahan, kemudahan survei, hingga fasilitas penunjang teknis dan lain-lainnya. Dari birokrasi, kami bantu kemudahan perizinan dan dukungan sumber daya yang ada. Intinya, NTB bisnis komunitas dan ramah investasi," ucap Doktor Zul.
Sementara terkait kerja sama pendidikan, Zul menyampaikan soal program beasiswa 1.000 pelajar NTB ke luar negeri. Ia menyatakan tertarik untuk mengirimkan anak-anak muda Lombok dan Sumbawa ke Denmark, sebagai negara yang menempati rangking ke-5 tertinggi dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dunia.
Baca juga: PLN tetapkan empat pembangkit energi baru dan terbarukan untuk Papua
"Kami sudah mengirimkan 46 mahasiswa untuk kuliah S2 di Polandia dari akhir tahun lalu hingga saat ini. Mereka kebanyakan juga belajar sains bidang energi dan lingkungan, dan akan terus bertambah," katanya.
Ia berharap Denmark juga menjadi negara tujuan dari program beasiswa NTB, apalagi dengan kualitas pendidikan Denmark yang memadukan pengembangan kurikulum pendidikan dengan teknologi digital, namun tetap dengan mempertahankan nilai-nilai budaya. Sehingga sangat cocok dengan apa yang kami upayakan di NTB.
Dubes Kerajaan Denmark YM Rasmus A. Kristensen menyambut baik peluang kerja sama tersebut. Menurut YM Dubes Rasmus, ia sudah mendengar banyak potensi kerja sama di bidang energi terbarukan dan pengelolaan sampah di NTB, terutama dari Kepala Kerjasama Lingkungan Morten Holm van Donk, yang sudah beberapa kali ke NTB.
"Saya sudah dengar dari Pak Morten dan timnya yang bisa dibilang sudah tak asing dengan Lombok dan Sumbawa, serta bertemu dengan sejumlah kepala dinas terkait lingkungan dan energi terbarukan," kata Rasmus.
Menurur dia, potensi kerja sama investasi bidang pembangkit listrik tenaga biogas dan biomass dengan NTB sangat menarik. Apalagi setelah mendengar langsung penjelasan Gubernur NTB.
Ia melanjutkan, Thomas dan Morten memiliki kapabilitas dan kapasitas yang tepat untuk merealisasikan kerja sama di bidang energi dan pengelolaan sampah antara Provinsi NTB dengan Denmark.
Selain dua bidang utama itu, bidang yang lain juga sangat terbuka untuk dijadikan lahan investasi, baik pariwisata, infrastruktur hingga pendidikan.
"Yang paling penting untuk menyegerakan kerja sama itu, adalah data sharing dua pihak terkait kompetensi dan kapasitas. Maksud saya kompetensi sumber daya manusia dalam pengembangan teknologi serta infrastrukturnya, dan kapasitas atau volume dari masing-masing bidang, seperti data kapasitas panen jagung atau bambu untuk biomass, dan volume sampah atau gas bumi untuk sumber daya biogas," ungkapnya.
Karena itu, Dubes Rasmus mengatakan kerja sama bisa diawali dengan pengiriman tim untuk transfer teknologi dan pengetahuan terlebih dulu, baik tim dari NTB untuk belajar atau kursus ke Denmark ataupun sebaliknya, pengiriman tenaga ahli atau pakar dari Denmark untuk memberikan training di NTB.
"Hal itu perlu sebagai bagian dari feasibility study untuk memastikan teknologi yang dikembangkan di Denmark, cocok dan sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan di NTB. Transfer teknologi dan data juga penting untuk memastikan kesinambungan kerja sama ini bisa berjalan dalam jangka panjang," jelas Rasmus.
Di akhir perjumpaan tersebut, kedua belah pihak bersepakat bakal mengadakan pertemuan teknis sebagai tindak lanjut pada awal November 2019.
Gubernur juga sekaligus mengundang Dubes Rasmus dan jajarannya berkunjung ke NTB, untuk sekalian berwisata menikmati seluruh keindahan Lombok dan Sumbawa.
Baca juga: Strategi ketahanan energi ASEAN diingatkan harus solid
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019