Pontianak (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Brigjen Pol, Raden Nata Kesuma mengatakan, semakin lunturnya wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme masyarakat yang bermukim di kawasan perbatasan akibat dari kesenjangan informasi, sehingga mereka lebih mengenal negara tetangga Malaysia."Kesenjangan informasi lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis Kalbar yang sangat luas dan berbukit-bukit sehingga masyarakat di kawasan perbatasan lebih mengenal televisi Malaysia ketimbang televisi Indonesia," kata Nata Kesuma, saat menghadiri Temu Wicara Gerakan Merah Putih dalam Rangka Memperkokoh Wawasan Kebangsaan, di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Pontianak, Senin.Akibatnya orientasi masyarakat perbatasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari lebih berorientasi ke negara tetangga (Malaysia Timur)."Ditambah dengan semangat otonomi daerah yang banyak menyimpang dari harapan dan euforia reformasi yang berlebihan sehingga tidak sedikit yang berkeinginan keluar dari NKRI," ujarnya. Ia menjelaskan, kondisi tersebut harus secepatnya ditangkal melalui pendekatan hukum bukan pendekatan kekuasaan. "Maka dari itu kita menyambut baik langkah pemerintah memberikan bendera Merah Putih secara gratis kepada lima kabupaten perbatasan, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang adn Kabupaten Kapuas Hulu," katanya. Ada enam provinsi yang menjadi perhatian khusus masalah peningkatan wawasan kebangsaan dan menumbuhkan kembali semangat nasionalisme, yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Papua, Kalbar, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Kepulauan Riau, katanya. Khusus di Kalbar akan diprioritaskan di lima kabupaten, dengan titik-titik utama, di Desa Temajuk, Liku, Sajingan, Aruk (Kabupaten Sambas), Siding, Jagoi Babang (Kabupaten Bengkayang), Entikong (Kabupaten Sanggau), Segumun, Bantan, Jasa, Nanga, Semarah, Meraki Panjang, Langau (Kabupaten Sintang), dan Kecamatan Nanga Badau di Kabupaten Kapuas Hulu. Salah seorang tokoh masyarakat Desa Segumun, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Suwito membenarkan kesenjangan informasi menjadi faktor utama lemahnya wawasan kebangsaan masyarakat di daerahnya. "Bayangkan hingga tahun lalu masih banyak masyarakat yang berumur 40 tahun ke atas yang salah ketika memasang bendera. Menempatkan warna putih di atas dan merah di bawah dengan alasan takut luntur ketika diguyur hujan," katanya. Desa tersebut dihuni sekitar 200 kepala keluarga yang hanya satu sekolah dasar. Sementara jarak menuju ke Kecamatan Sekayam bisa ditempuh berjam-jam atau menggunakan jasa ojek Rp50 ribu. Sementara kalau berbelanja Mongkos (Sarawak) paling membutuhkan waktu satu jam berjalan kaki. Pemerintah Provinsi Kalbar telah menata konsep pembangunan daerah di sepanjang perbatasan Kalimantan dengan Malaysia terbagi dalam empat bagian yakni Lini I Luar (Border Lini), Lini II Luar (termasuk daerah komunikasi), akses jalan raya dan fasilitas sosial lain, dan Lini Dalam (termasuk daerah komunikasi). Lini I Luar terbentang sepanjang perbatasan dengan lebar sekitar satu kilometer dari batas depan daerah perbatasan (BDDP). Di Lini II Luar dengan lebar sekitar tiga kilometer, merupakan kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan sawit dengan sistem inti dan plasma. Dengan dibangunnya perkebunan sawit di sepanjang kawasan perbatasan Kalbar-Malaysia Timur, maka diharapkan masyarakat Kalbar bisa menjaga kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dari rongrongan pihak luar.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008