Sidoarjo (ANTARA News) - Merasa suaminya Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) difitnah, terkait tuduhan yang memanfaatkan korban luapan lumpur Lapindo Brantas Inc, Novia Kolopaking, istri Cak Nun melakukan klarifikasi kepada korban lumpur. "Cak Nun sengaja datang ke sini untuk klarifikasi, dan ingin bertatap muka dengan mereka yang ingin menanyakan semua permasalahan yang menyangkut korban luapan lumpur ke Cak Nun," kata Novia Kolopaking, saat memulai dialognya di rumah makan Porong, Sidoarjo, Jatim, bersama korban lumpur, Senin. Ia mengakui bahwa ide klarifikasi ini berasal darinya, setelah banyaknya berita di internet yang memojokkan suaminya, termasuk surat pembaca yang dimuat salah satu media cetak. Karena itu, dirinya berharap dengan datang ke Porong, warga yang ingin menanyakan langsung bisa bertatap muka dan mengetahui kebenarannya. "Berita yang yang memojokkan dan mengarah ke fitnah itu harus diluruskan, seperti Can Nun telah dituduh menjadi garong dan lain-lain. Semua itu tidak benar," kata Novia dengan mengusap air mata. Tuduhan tak sedap ke Cak Nun ini terkait sikapnya yang dianggap condong pada pilihan warga yang mendukung "cash and resettlement". Padahal terkait pilihan itu, Cak Nun hanya menjadi mediator dan yang menentukan pilihan adalah korban lumpur sendiri. Bahkan, menurut Novia Kolopaking, terkait pilihan warga yang memilih "cash and resettlement", Cak Nun tidak ikut menandatangani dan bukan pihak yang menyetujui, melainkan hanya menyaksikan. Sementara itu, Cak Nun yang semula tidak mau berbicara menanggapi semua tudingan itu, akhirnya bersedia karena disuruh isterinya. "Saya mulanya tidak ingin mau menanggapi, karena yang dituduhkan tidak ada benarnya. Namun, karena yang menyuruh isteri saya, saya mau berbicara. Ini sebagai tanda kalau saya tetap cinta dan sayang kepada isteri saya," katanya. Ia mengatakan, kebohongan dan fitnah telah dilakukan orang-orang yang tidak bertanggungjawab, tetapi dirinya sebagai hamba Allah mengaku akan selalu memaafkan. "Semua orang yang sudah menfitnah dan mendholimi saya, tetap saya maafkan. Saya yakin, dihadapan Allah SWT, posisi orang yang difitnah lebih dibanding orang yang mengeluarkan kata-kata yang sepatutnya tidak harus keluar dari mulutnya itu," kata Cak Nun.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008